TEMPO.CO, Kediri - Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tak menduga kemunculan gempa tremor Gunung Kelud berlangsung cepat. Hal ini tak pelak membuat warga kelabakan saat mengungsi.
Pelaksana tugas Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, mengatakan letusan Gunung Kelud pada Kamis malam, 13 Februari 2014, memang berbeda. Petugas di pos pemantauan Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri bahkan terkejut ketika tiba-tiba intensitas gempa vulkanik dangkal yang terekam dalam seismograf menjadi tak terhitung. “Tremor muncul kurang dari dua jam setelah penetapan status awas,” kata Gede kepada Tempo, Jumat, 14 Februari 2014.
Sebelumnya, petugas PVMBG menetapkan Gunung Kelud berada dalam status awas pada pukul 21.15. Selang satu jam berikutnya, gunung tersebut dinyatakan meletus.
Kemunculan tremor yang tiba-tiba ini, kata Gede, merupakan hal baru dalam sejarah letusan Kelud. Sebab, biasanya jeda antara penetapan status awas dan kemunculan tremor sekitar enam jam. Hal ini memberi cukup waktu bagi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana untuk mengevakuasi warga.
Akibat kemunculan tremor yang mendadak it,u proses evakuasi berlangsung terburu-buru. Beruntung, sejumlah penduduk yang memiliki kendaraan sendiri berinisatif meninggalkan rumah tanpa menunggu armada dari petugas.
Sejumlah warga di zona bahaya lereng Gunung Kelud mengaku tak mendengar suara sirene peringatan dari pos pemantauan. Mereka justru mengetahui kabar letusan itu melalui siaran radio, yang disampaikan ketua RT. "Kami jadi kelabakan," kata Mulyono, warga Dusun Margomulyo, yang berjarak 8 kilometer dari puncak Kelud.
Begitu mendengar pengumuman dari RT, kendaraan evakuasi dari kepolisian dan TNI langsung meluncur ke permukiman penduduk. Mereka mengangkut kelompok perempuan, lansia, dan anak-anak terlebih dulu untuk dibawa ke pengungsian.
Adapun Mulyono baru mengunci pintu ketika tiba-tiba rombongan kendaraan tim PVMBG meluncur dengan cepat dari pos pantau menjauhi Kelud. Sambil berteriak-teriak menyuruh pergi, petugas tancap gas meninggalkan penduduk yang tersisa. "Saya malah belakangan," kata Mulyono.
HARI TRI WASONO