TEMPO.CO, Jakarta--Brigjen TNI Tjokropranolo terharu saat akan menyampaikan pesan terakhir dari Presiden Soeharto kepada Usman dan Harun. Pesan terakhir itu disampaikan Tjokropranolo sehari sebelum keduanya menjalani hukuman gantung pada 17 Oktober 1968.
Mengutip dari buku berjudul 'Usman Dan Harun Prajurit Setia', Tjokropranolo mengunjungi Usman dan Harun yang ditahan di penjara Changi. Tjokropranolo didampingi Kuasa Usaha Republik Indonesia di Singapura Kolonel A. Ramli dan Atase Angkatan Laut Letnan Kolonel Gani Jemat.
Saat Gani memberitahu Usman dan Harun bahwa Tjokropranolo utusan pribadi presiden, keduanya mengambil sikap sempurna dan memberikan hormat. "Sikap demikian membuat Birgjen Tjokropranolo hampir tidak dapat menguasai diri dan terasa berat untuk menyampaikan pesan," tulisnya.
Kendati terharu, Tjokropranolo tetap menyampaikan pesan presiden. Dalam pesan itu, presiden menyatakan keduanya sebagai pahlawan dan akan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia. "Kemudian menyampaikan salut atas jasa mereka berdua terhadap negara," begitu isi pesan tersebut.
Sebelum berpisah dengan Tjokropranolo, Ramli, serta Gani, Usman dan Harun menyampaikan terima kasih kepada Presiden Soeharto yang sudah berusaha keras agar keduanya terbebas dari hukuman. "Pertemuan selesai, Usman memberikan aba-aba, dan keduanya memberi hormat."
Usman dan Harun dijatuhi hukuman mati karena aksi pengeboman yang dilakukan keduanya di MacDonald House Orchard Road pada Maret 1965. Dalam pengeboman di kompleks perkantoran di pusat kota itu, tiga orang menjadi korban.
MARIA RITA HASUGIAN | SINGGIH SOARES
Terkait:
Jokowi: Jalan Usman Harun Ditetapkan Mei 2013
Singapura Tetap Minta Nama KRI Usman Harun Diganti
Trauma Usman Harun Sudah Ditutup 40 Tahun Lalu
Ketegangan KRI Usman Harun Tak Pengaruhi AEC