TEMPO.CO, Pekalongan - Berjajar rapi di depan pintu masuk gedung olahraga Jetayu, puluhan anak pengungsi melagukan "Selamat datang Pak Menteri" berkali-kali sambil bertepuk tangan. Sekitar pukul 11.30, Selasa, 4 Februari 2013, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri tiba di pos pengungsian yang menampung sekitar 300 warga Kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan, Jawa Tengah.
Salim tidak datang sendiri. Dari Jakarta, ia membawa tiga truk bermuatan lauk-pauk, selimut, tenda gulung, dan matras senilai Rp 397,7 juta. Kementerian Sosial juga menyerahkan bantuan satu mobil resque tactical unit (RTU). Didampingi Wali Kota Pekalongan M.Basyir Ahmad, Salim menemui sebagian pengungsi untuk mendengar keluhan mereka.
"Jangan cuma selimut, Pak Menteri," kata Murni, pengungsi asal Dukuh Salamanis, Kelurahan Kandangpanjang. Perempuan 65 tahun itu meminta bantuan uang. Selama banjir berkali-kali merendam rumahnya sejak medio Januari, ia tidak bisa berdagang sayur. "Bantuan makanan bayi juga belum ada, Pak," kata Era Mafiah, 28 tahun, pengungsi dari Kelurahan Panjangwetan.
Basyir mengatakan banjir terus menghantui warganya sejak 17 Januari. "Banjir datang dan pergi sepekan sekali," kata Basyir. Banjir, akibat tingginya intensitas hujan, terakhir datang pada Ahad, 2 Februari. Hingga siang ini, banjir masih merendam sejumlah wilayah di Kota Pekalongan. Jumlah pengungsi tercatat mencapai 3.000 orang yang tersebar di delapan titik.
Menurut Basyir, banjir pada awal 2014 ini terparah dalam sejarah Kota Pekalongan sejak 22 tahun silam. Selain karena hujan deras, ia menambahkan, rob atau naiknya air laut ke darat juga turut menyumbang parahnya banjir hingga ketinggian mencapai sekitar 1 meter.
Dalam pidatonya, Salim mencoba membesarkan hati para pengungsi agar bersabar dalam menghadapi bencana. "Bencana saat ini terjadi merata di berbagai daerah di Indonesia," katanya. Ditemui wartawan seusai menyerahkan bantuan, Salim mengatakan anggaran bantuan sosial selama 2014 mencapai sekitar Rp 300 miliar. "Sampai sekarang yang dikucurkan sudah sekitar Rp 20 miliar," katanya.
Selain untuk para korban banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga erupsi gunung berapi, bantuan itu juga disalurkan bagi kelompok masyarakat yang rawan sosial. "Sejak 26 Januari sampai 28 Februari, tim ekspedisi kemanusiaan menyisir dari Aceh sampai Nusa Tenggara Timur," kata Kepala Biro Humas Kementerian Sosial Benni Setia Nugraha kepada Tempo.
Tim dari Kementerian Sosial itu bertugas menjangkau kelompok-kelompok masyarakat yang mungkin luput dari pantauan pemerintah daerah. Salah satu contohnya, masih banyak orang dipasung karena berbagai alasan. "Saat ini masih ada 230 ribu orang dipasung di Indonesia. Akan kami upayakan untuk membebaskan mereka," ujar Benni.
DINDA LEO
Berita Terpopuler
Prabowo Tahu jika Anak Ahok Pengin Jadi Tentara
Meski Jokowi Sidak, Aparatur Belum Kapok Juga
Ruhut: 100 jika Anas Urbaningrum Mau Buka-bukaan
Aset Adik Ratu Atut Biasanya Disebar ke Tiga Nama
Tikus di Masa Depan Akan Sebesar Domba