TEMPO.CO, Bandung - Beras impor asal Vietnam yang ditemukan di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, diduga sudah masuk Bandung. "Saya mendapat informasi dari teman-teman koperasi di Pasar Induk Caringin (Bandung) tentang beras ini. Itu yang kita dapat," kata Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan Arif saat dihubungi Tempo, Selasa, 4 Februari 2014.
Ferry mengaku belum memeriksa laporan temuan beras impor asal Vietnam yang diduga masuk ke Indonesia secara ilegal. Dia menuturkan bahwa beras impor itu diketahui dari karung pembungkusnya. "Ada di Caringin tapi tidak menyebar. Tidak disebutkan jumlahnya, yang tampak tandanya dari karungnya," kata dia.
Temuan beras impor asal Vietnam itu sudah dilaporkan secara lisan kepada Kementerian Perdagangan. Ferry mengaku kesulitan melakukan penindakan pada beras impor itu. "Kita enggak mungkin tiba-tiba merazia dan menariknya karena ini sudah jadi komoditas perdagangan di pasar," kata Ferry.
Ferry mengatakan pihak koperasi pedagang pasar yang melapor tidak tahu dari mana asal beras itu. Namun dia menduga beras itu berasal dari Pasar Induk Cipinang, Jakarta, karena pasar itu menjadi sumber perdagangan beras antardaerah.
Ferry mengaku heran dengan temuan beras impor yang diduga ilegal itu di Pasar Induk Caringin di Bandung. Dia beralasan stok beras di Jawa Barat relatif melimpah, dan sejak November hingga saat ini harganya stabil. "Kalau diperdagangkan juga, mereka bisa rugi sendiri," kata Ferry.
Ferry menjelaskan saat ini di Jawa Barat harga beras IR64 kelas medium relatif stabil dengan harga rata-rata Rp 8.600 per kilogram. Sejak November 2013 lalu, perubahan harga beras tidak lebih dari Rp 100 per kilogram.
Pedagang beras di Jawa Barat juga bisa memantau pergerakan harga komoditas beras itu di semua daerah di Jawa Barat secara online lewat situs www. priangan.org yang dikelola Forum Koordinasi Pengendali Inflasi Jawa Barat. Perubahan harganya terus diperbarui setiap hari. "Percuma kalau mau berspekulasi dengan memasukkan beras (impor) ke Jawa Barat," kata dia.
AHMAD FIKRI