TEMPO.CO , Jakarta:-Hutan gundul yang terjadi di sejumlah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah dinilai menjadi penyebab utama banjir yang terus melanda kawasan yang ada. Keberadaan hutan gundul itu dinilai tak mampu menahan air agar meresap ke tanah, sehingga langsung mengalir ke sungai dan menimbulkan luapan di daerah muara.
"Seharusnya keberadaan hutan di kawasan gunung sebagai daerah resapan itu mampu menahan laju air hujan," kata Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Mineral Jawa Tengah, Prasetyo Budie Yuwono, Ahad 2 Februari 2014.
Keberadaan hutan yang mulai menyempit dinilai menimbulkan air langsung mengalir dan membawa material berupa butiran tanah yang justru menambah pendangkalan sungai yang ada. "Akibatnya luapan air tak terbendung karena ada endapan lumpur dari kawasan atas," kata Prasetyo menambahkan.
Analisis yang ia sampaikan itu berdasar kajian kondisi air sungai saat banjir yang terjadi saat ini. Menurut dia, air sungai saat meluap berwarna coklat yang menunjukan membawa erupsi butiran tanah dari kawasan atas. Munculnya luapan itu semakin parah ketika curah hujan yang terjadi di Jawa Tengah saat ini lebih tinggi dibanding musim hujan sebelumnya.
Pada hari Ahad 2 Februari banjir terus melanda di kawasan Jawa Tengah, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Mineral menyebutkan, banjir pada akhir pekan itu juga menimpa kawasan Pantai Utara Jawa Tengah bagian barat di Kabupaten Pemalang dan Pekalongan. Selain itu luapan air dari sungai dan longsor tebing juga menimpa kawasan selatan, yakni Banjarnegara dan Purbalingga.
Tercatat kali Comal di Pemalang serta kali Widuri dan Bremi di Pekalongan meluap hingga masuk ke perkampungan. Sedangkan di Banjarnegara dan Purbalingga longsor dan luapan menimpa kali Tembra sebagai anak sungai Serayu.
"Ini akibat hujan tinggi yang tak imbang dengan kondisi alam pantauan satelit BMKG menunjukan curah hujan di Pantura saja 285 mili meter per detik," katanya.
Sementara itu di Kota Semarang bencana longsor dinilai masih mengancam sejumlah kawasan yang ada, di antaranya di sejumlah kelurahan dalam wilayah Kecamatan Semarang Barat.
"Ada enam kelurahan di Kecamatan Semarang Barat yang sampai saat ini masih terdata sebagai daerah rawan longsor, " kata Camat Semarang Barat, Muhammad Khadik.
Sejumlah kelurahan yang diwaspadai longsor itu berada di Ngemplak Simongan, Bongsari, Manyaran, Kembangarum, Kalibanteng Kidul dan Bojong Salaman. Daerah pemukiman penduduk itu berada di wilayah tebing.
Ia mengimbau agar warga lebih berhati-hati, khususnya ketika terjadi hujan deras. "Karena daerah tersebut merupakan daerah perbukitan,"katanya.
Sebelumnya 32 keluarga di kampung Trangkil Baru dan Trangkil Sejahtera Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang direlokasi ke rumah susun sewa, karena longsor yang merusak rumah mereka.
Mereka dipindah oleh Pemerintah Kota Semarang pada Kamis 30 Januari 2014, setelah daerah mereka dinyatakan tak layak ditempati. EDI FAISOL