Ia tak setuju dengan materi yang saling menjelek-jelekkan penganut agama lain. Begitu juga dengan ceramah yang mendiskreditkan kelompok keagamaan lain. Ia menegaskan, sudah menjadi tugasnya sebagai kepala daerah, mengamankan kedamaian masyarakat Wonosobo dengan menjaga kerukunan umat beragamannya. “Silakan kalau mau pengajian, tapi yang damai dan sejuk,” katanya.
Saat ini, Kepolisian Resort Wonosobo telah memeriksa enam orang saksi dalam kasus ini. Satu di antaranya adalah Syihabudin yang menjadi korban pemukulan massa dalam peristiwa itu. Senin sore kemarin, Kapolres Wonosobo Ajun Komisaris Besar Agus Pujianto, polisi menyelidiki kasus perusakan dan pemukulan dalam kasus ini. Namun, tak menutup kemungkinan penyelidikan polisi bisa berkembang pada pemicu kasus. Yakni isi ceramah Syihabudin. Tentang penyelidikan polisi itu, Kholiq mengatakan sebuah peristiwa pasti ada penyebabnya. “Sebab dan akibat harus dalam konteks yang satu,” katanya. (Baca: Ketua FPI Jawa Tengah Tuding Banser Mencegatnya )
Menurut dia, aksi pencegatan dan penganiayaan itu bukan semata-mata kemarahan Banser. Namun massa yang marah karena materi ceramah. “Meski yang didiskreditkan adalah Banser,” kata dia. Nyatanya, sesuai laporan yang ia terima, sejumlah anggota Banser di lokasi juga menjadi korban pemukulan massa.
Haqqi El-Anshary, seorang penggerak Dialog Lintas Agama Wonosobo, mengatakan para pemuka agama semestinya lebih bijaksana dalam menyampaikan materi ceramah di depan jamaah. Ia menegaskan tak berhak menghakimi isi materi ceramah Syihabudin. Namun, ia berharap, sebaiknya ceramah harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat menyerap materinya. "Harus pahami juga tingkat pemahaman dan pendidikan (jamaah)," kata, Senin sore kemarin. (Baca:Ketua FPI Jawa Tengah Dicegat Massa )
ANANG ZAKARIA