TEMPO.CO, Jakarta - Susilo Bambang Yudhoyono mengaku berusaha memulihkan hubungannya yang retak dengan Megawati Soekarno Putri sejak 2004. Ia mengaku berulang kali mencoba menjalin komunikasi kembali dengan mantan bosnya itu setelah pemilihan presiden 2004.
Kisah ini disampaikan Presiden SBY lewat bukunya, Selalu Ada Pilihan yang diluncurkan Jumat, 17 Januari 2014. Seperti ditulis pada halaman 505, SBY mengaku berulang kali mencari cara untuk memperbaiki hubungannya dengan Mega. Namun, hingga buku itu diterbitkan, jalan untuk berkomunikasi dengan Mega tetap saja tertutup.
SBY menduga, barangkali persaingan mereka dalam dua kali pemilihan presiden begitu membekas dalam hati dan pikiran Mega. “Apalagi sebelumnya ada insiden politik antara Ibu Mega dengan saya,” kata SBY dalam bukunya. Sayangnya, SBY tak menjelaskan, apa yang dimaksud dengan insiden politik itu.
Efek hubungan tak sehat dengan Mega itu diakui SBY sampai ke pendukung Mega di daerah. Suatu kali, SBY menghadiri pesta kesenian Bali di Denpasar, beberapa bulan setelah terpilih menjadi presiden pada 2004. Acara Presiden itu diboikot oleh sejumlah bupati. Mereka memilih tak hadir dalam acara itu.
Bisikan Jero Wacik ke SBY soal boikot bupati...