TEMPO.CO, Sumenep - Rektorat Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep, Jawa Timur, menskors 17 mahasiswanya setelah berunjuk rasa menentang kebijakan pemberlakuan sistem paket untuk pembayaran biaya kuliah. "Ini tidak adil, rektor otoriter dan arogan," kata Ahmad Zainullah, salah satu mahasiswa yang terkena sanksi, Jumat, 10 Januari 2014.
Dalam surat yang diteken Rektor Unija Alwiyah, kata Zainul, disebutkan bahwa sanksi itu dijatuhkan karena para mahasiswa melanggar tata tertib kehidupan kampus. Unjuk rasa disebut menyebabkan terganggunya kegiatan akademik pada 2-5 Januari 2014. Hukuman tersebut berlaku mulai 9 Januari 2014-9 Januari 2015 untuk enam mahasiswa, dan 9 Januari-9 Juli 2014 untuk sebelas mahasiswa. "Status kemahasiswaan kami dicabut, kami tidak boleh masuk kampus," ujarnya.
Baca Juga:
Zainul menambahkan, dia bersama teman-temannya yang diskors telah melaporkan hukuman tersebut ke Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep, dan Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumenep. "Kami meminta tetap gunakan sistem SKS, sistem paket memberatkan mahasiswa ekonomi lemah," katanya.
Alwiyah membantah hukuman yang dijatuhkan berkaitan dengan demonstrasi mahasiswa. Namun dampak aksi demo tersebut, kata dia, telah mengganggu kegiatan akademik di kampus. "Mahasiswa demo sudah sering, tapi baru kali ini kami skors," katanya.
Sebelum hukuman dijatuhkan, kata Alawiyah, Komisi Disiplin sudah melakukan pemanggilan kepada para mahasiswa untuk meminta klarifikasi. "Tapi mereka mengabaikan panggilan," ujar dia.
MUSTHOFA BISRI