TEMPO.CO, Yogyakarta - Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Pemerintah Kota Yogyakarta meresmikan pembentukan 14 sekolah model, yang secara resmi disebut lab-school, pada Rabu, 8 Januari 2013. Sekolah-sekolah model itu terdiri dari semua jenjang lembaga pendidikan, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA.
Sekolah itu adalah TK Pembina Yogyakarta, TK Negeri 2 Yogyakarta, TK Pedagogia, SDN Tegalrejo, dan SDN Giwangan. Selain itu ada pula SMPN 1 Yogyakarta, SMPN 7 Yogyakarta, SMAN 4 Yogyakarta, SMAN 6 Yogyakarta, dan SMAN 9 Yogyakarta. SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 5 Yogyakarta, SMKN 6 Yogyakarta, dan SMKN 7 Yogyakarta yang juga menjadi sekolah model.
Rektor UNY, Rokhmat Wahab, mengatakan kampusnya akan memberikan pendampingan jangka panjang ke 14 sekolah tersebut agar bisa menyelenggarakan pendidikan dengan standar internasional. Dia menjelaskan program ini akan diawali dengan evaluasi kondisi pembelajaran di sekolah untuk memetakan aspek yang belum sesuai dengan standar level internasional. "Kami mempersiapkan sejumlah workshop dulu untuk guru dan pengelola sekolah," kata dia sesuai peresmian pembentukan 14 sekolah model ini di SMAN 9 Kota Yogyakarta pada Rabu, 8 Januari 2013.
Rokhmat menambahkan 14 sekolah model itu juga akan diarahkan untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi dengan menerima siswa-siswa penyandang disabilitas. Dia berpendapat penyelenggaraan pendidikan iklusi harus masuk di semua sekolah unggulan. "Paling penting, harus ada di SMK-SMK unggulan. Siswa difabel perlu menerima pendidikan yang memudahkan mereka menekuni profesi sesuai keahliannya," kata Rokhmat.
Ia mengatakan sampai sekarang masih jarang pendidikan setingkat SMA dan SMK di Kota Yogyakarta yang berani menggelar pendidikan inklusi. Karena itu, dia menambahkan, pakar pendidikan inklusi dari UNY akan memberikan pendampingan untuk pelaksanaan sekolah inklusi dalam waktu dekat. "Pilihan sekolah tingkat SMA dan SMK bagi difabel di Yogyakarta masih terlalu sedikit," kata dia.
Sejumlah fokus pedampingan dari tim UNY ke pengelola 14 sekolah model tersebut juga diarahkan pada pembelajaran berbasis teknologi informasi mutakhir, penguasaan bahasa asing, dan peningkatan pemahaman siswa ke isu-isu global. Rokhmat mengatakan aspek pendidikan karakter juga akan jadi perhatian utama. "Masalah pendidikan moral juga akan jadi perhatian," kata dia.
Rokhmat menjelaskan program sekolah model akan meningkatkan intensitas kerja sama peningkatan kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta antara pihak kampus, sekolah dan pemerintah daerah. Menurut dia, program semacam ini bisa membuat pola komunikasi antara peneliti, guru dan pengambil kebijakan lebih lancar dan tidak terhalang problem birokratis.
Program lab-school menghidupkan lagi pembentukan sekolah model yang pernah ada di Yogyakarta semasa UNY berstatus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di masa lalu. Namun, fungsinya tidak lagi sekedar membuat tempat praktek mengajar para calon guru lulusan kampus jurusan pendidikan. UNY berencana memanfaatkan 14 sekolah model menjadi ruang implementasi beragam konsep pengembangan pendidikan, yang digagas akademikusnya, sekaligus wahana riset dan praktek bagi calon guru dari kampus ini.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuthi menilai program ini bermanfaat membantu membentuk fokus baru peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah Yogyakarta. Selama ini, dia mengatakan banyak daerah di Indonesia juga memiliki label sebagai kota pendidikan. "Yogyakarta harus memiliki kekhususan yang lebih baik dari daerah lain sesama pemilik status kota pendidikan," kata Haryadi.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edi Heri Swasana, menambahkan program pembentukan sekolah model juga membantu Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mempersiapkan sekolah-sekolah yang akan menerapkan kurikulum 2013 tahun ini. Dia mengatakan pembinaan guru dan pengelola sekolah tingkat SD sampai SMA untuk penerapan kurikulum baru, yang termasuk dalam program sekolah model ini, akan ditangani oleh tim dari UNY. "Persiapan untuk sekolah lain ditangani oleh P4TK dan LPMP DIY dan didanai anggaran APBN, APBD DIY serta APBD Kota Yogyakarta," kata Edi.
Kepala SMAN 9 Kota Yogyakarta, Maman Surakhman, mengusulkan pendampingan dari UNY disesuaikan dengan program jangka pendek dan menengah sekolah. "Jangka pendek per semester dan jangka menengah selama empat tahunan," kata Maman.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM