TEMPO.CO, Subang - Cuaca buruk di perairan Laut Jawa membuat para nelayan di Pantai Trumtung, Desa Patimban, Subang, Jawa Barat, memilih istirahat melaut. Mereka tak berani melaut karena risikonya tinggi. "Angin kencang dan gelombang tinggi setiap saat mengancam kami," kata Sarfin, nelayan, Selasa, 7 Januari 2014.
Cuaca buruk juga mempengaruhi hasil tangkapan. Kalau memaksakan diri melaut, hasil tangkapan ikannya paling bnyak hanya tiga kuintal hingga 1 ton per kapal. Padahal, kata Sarifin, jika kondisi cuaca dalam keadaan normal, sekali melaut hasil tangkapan bisa hingga 10 ton.
Samad, nelayan yang sandar di Pantai Blanakan, juga mengaku berhenti melaut. Samad memilih memanfaatkan waktu jedanya buat memperbaiki jaring, alat tangkapan ikannya. "Banyak bolong-bolongnya," ujarnya, sambil terus menyulam jaringnya.
Akibat para nelayan Patimban dan Blanakan jeda melaut, pasokan ikan segar ke pasar-pasar tradisional di Subang jadi seret. Kondisi itu membuat harga ikan laut terkerek hingga dua kali lipat.
Ikan bilis dan cumi-cumi kering masing-masing dibanderol Rp 40 ribu dan Rp 60 ribu per kilogram. Sebelumnya, harga ikan bilis Rp 20 ribu dan cumi-cumi Rp 40 ribu per kilogramnya.
"Setiap cuaca buruk, harga ikan di pasar pasti naik tinggi," kata Sumirah, seorang ibu rumah tangga di Pusakanagara.
NANANG SUTISNA
Berita Terpopuler
Farhat Tambah Clue Soal Kekasih Cut Tari
Setelah Jokowi, Endriartono Sindir Erick Thohir
Alasan Utama Ahok Emoh Tinggal di Rumah Dinas
Endriartono Sindir Jokowi di Acara Konvensi