TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti dan guru dari 33 negara mencoba mencari cara agar sekolah memberikan hasil pendidikan lewat pertemuan International Congress for School Effectiveness and Improvement (ICSEI) ke-27 yang digelar Universitas Negeri Yogyakarta 2-7 Januari 2013. "Visi semua peserta sama, yakni mencari cara agar sekolah memberikan hasil pendidikan maksimal," kata Kepala Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan UNY, Satoto Endar Nayono, Ahad 5 Januari 2014.
Kongres ini diikuti 350 peneliti, praktisi, dan pengambil kebijakan pendidikan. Selain praktisi, menurut Satoto kongres tersebut menarik minat puluhan guru dari sejumlah negara maju, terutama Asutralia. Ada 75 guru dari sejumlah negara maju yang hadir.
Sebaliknya, tak banyak praktisi dan pengambil kebijakan sektor pendidikan sekolah dari Indonesia yang hadir. Padahal, katanya, pejabat di level Dinas Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pengembangan pendidikan sekolah. “Tujuan forum ini mencari penyebab sering terjadinya hubungan tidak sejalan antar ketiganya di banyak negara, terutama Indonesia,” ujar Satoto.
Hanya satu kebetulan Wakil Rektor IV UNY, Suwarsih Madya, yang menjadi Ketua Panitia Kongres, pernah menjadi Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga DIY periode 2008-2010.
Peserta kongres juga diajak mengunjungi enam sekolah untuk menilai model penyelenggaraan pendidikan percontohan di DIY. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyambangi SD Model Tajem, Maguwoharjo, SMP 2 Budi Mulya Sleman, SMAN 6 Yogyakarta, SMKN 5 Yogyakarta, SD Lukmanul Hakim Kotagede, Yogyakarta dan SD Katholik Sang Timur, Yogyakarta. "Kami mengajak mereka melihat praktik pembelajaran yang membuat siswa betah di sekolah di SD Model Tajem dan SMP 2 Budi Mulya," kata Satoto.
Sementara di SMAN 6 Yogyakarta, peserta diajak melihat perubahan tradisi, yang semula siswanya terkenal suka tawuran, menjadi sekolah dengan pendidikan praktik riset terbaik. "Di SD Lukmanul Hakim dan SD Katholik Sang Timur ada contoh konsep pembelajaran agama ke siswa dari dua agama berbeda," kata dia.
Menurut Satoto, kebanyakan peneliti mengangkat topik hubungan guru dan murid, konsep kepemimpinan ideal dan pengambilan kebijakan sektor pendidikan. "Banyak peneliti dari negara maju juga menyoroti kelambanan guru mengimbangi perkembangan teknologi alat komunikasi, multimedia, media sosial dan game dalam model pengajarannya," kata Satoto.
Wakil Menteri Pendidikan, Musliar Kasim, berharap topik wacana penerapan kurikulum 2013 menjadi salah satu pembahasan penting di kongres ini. "Penerapan kurikulum sekolah yang bertujuan mempersiapkan kualitas satu generasi di masa depan merupakan perhatian banyak negara saat ini," kata Musliar saat pembukaan kongres pada Jumat, 2 Januari 2014.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM