Pernyataan Panjul merupakan tanggapan atas usulan seniman monolog Butet Kartaredjasa yang tampil lebih dulu dalam acara ini. Butet mengatakan, selain untuk mengenang jasa Munir, Omah Munir merupakan museum yang berfungsi sebagai pusat informasi dan dokumentasi mengenai pelbagai kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM di Indonesia.
“Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki ingatan pendek, tapi kebenaran itu harus terus disuarakan. Salah satu cara menutup kebenaran di Indonesia adalah dengan membesar-besarkan kasus baru untuk melupakan kasus lama. Omah Munir merupakan ikhtiar untuk terus merawat kebenaran itu agar ingatan kita tak jadi pendek dan kita harus selalu menagih kebenaran itu,” kata Butet.
Butet mengingatkan, masalah perawatan merupakan masalah klasik di hampir semua museum. Mayoritas berpangkal pada ketiadaan biaya. Karena itu, Butet mengusulkan kepada Pemerintah Kota Batu untuk memasukkan biaya perawatan Omah Munir dalam APBD agar keberadaan Omah Munir tetap terjaga sebagai pusat pembelajaran HAM bagi aktivis, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat luas.
“Usulan ini tidak semata-mata demi menghargai perjuangan Munir, tapi bagi masa depan kita semua. Omah Munir tidak semata-mata untuk mengingat kebenaran, tapi juga untuk merawat kebenaran sejarah,” Butet menegaskan.
Momentum tak melupakan pelanggaran HAM