TEMPO.CO, Surakarta - Kenaikan upah pekerja yang tinggi di Jakarta dan Jawa Barat membuat Jawa Tengah menjadi incaran pengusaha untuk relokasi pabrik. Deputi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bidang Promosi Investasi Himawan Hariyoga mengatakan, selain banyaknya kawasan yang tersedia, pekerja di Jawa Tengah juga dinilai tak banyak berulah.
Di sisi lain, relokasi besar-besaran ke Jawa Tengah menimbulkan dampak negatif. “Upah pekerja yang semula rendah, akan naik,” kata Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surakarta, David Wijaya, dalam diskusi Solo Creative Expo di Graha Wisata Niaga Surakarta, Jumat, 22 November 2013.
Karena relokasi terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan, upah bisa jadi langsung melonjak tinggi. David mengaku banyak pelaku usaha yang khawatir ongkos produksi akan naik drastis seiring beban upah yang tinggi. “Akibatnya, kami akan kehilangan daya saing.”
Untuk produk ekspor, dia memastikan ongkos produksi tinggi akan membuat pengusaha sulit bersaing dengan produk dari Cina dan Vietnam yang terkenal murah. Menurut dia, perlu ada solusi agar perekonomian tetap jalan, tapi pengusaha dalam negeri juga terlindungi. “Mungkin ada proteksi khusus bagi pengusaha lokal,” katanya. Dia meminta ada semacam insentif bagi kalangan industri.
Namun, menurut Himawan, pada era perdagangan bebas saat ini, pemerintah tak bisa seenaknya memberi perlindungan pada pengusaha dalam negeri. Sebab, negara lain juga bisa membalas dengan melakukan hal serupa. “Satu-satunya jalan dengan meningkatkan daya tahan,” ucapnya. Selain itu, dia meminta pengusaha memperkuat daya saing di dalam negeri sebelum menjajaki pasar ekspor. “Juga menggenjot inovasi dan kreativitas produksi.”
UKKY PRIMARTANTYO