TEMPO.CO, Bandung - Untuk membangun Kota Bandung lima tahun kedepan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menggagas pelelangan jabatan terhadap 34 pejabat eselon II. "Untuk membangun Bandung, kita butuh tim yang kompeten," kata Ridwan, yang akrab disapa Emil, saat ditemui Tempo di Balai Kota Bandung, Rabu, 31 Oktober 2013.
Menurut Ridwan, banyak anggota staf yang cerdas, yang mampu mengisi kursi 34 jabatan eselon II. Dengan adanya penyeleksian jabatan yang matang, kata Ridwan, dinas-dinas di Kota Bandung akan diduduki oleh orang terbaik. "Mau pegawai pemkot, pemprov, dosen, atau kepala dinas saat ini, semuanya boleh ikutan," katanya.
Namun, hingga hari kedua pembukaan lelang ini, belum ada satu pun pelamar yang mendaftar. "Baru ada 10 orang yang tanya-tanya," ujarnya. Adapun untuk tim seleksi, Emil melanjutkan, Pemkot Bandung memilih Universitas Padjadjaran sebagai pihak yang netral dalam menyeleksi kandidat.
Rencana matang itu bukannya tanpa kendala. Pakar ilmu politik Universitas Parahyangan, Asep Warlan, mengatakan jangan sampai pelelangan itu berdampak pada psikologi kandidat yang sebenarnya unggul. Iklim persaingan yang timbul dari perebutan pemangku jabatan kepala dinas terkadang menyebabkan kandidat unggul tidak siap menghadapinya.
"Hal tersebut bisa terjadi. Semestinya kita pun melihat sepak terjang dan lingkungannya para calon kandidat juga," kata dia saat dihubungi. "Jangan sampai yang dapat kursi malah orang yang unggul di penilaian akademik saja."
Baca Juga:
Adapun keuntungan sistem pelelangan jabatan ini, kata Asep, adalah kecilnya peluang kandidat untuk bermain curang. Itu pula, menurut Asep, yang menyebabkan Pemkot Bandung memilih Unpad sebagai tim penilai.
Asep mengatakan, pelelangan itu pun merupakan tindakan Wali Kota Bandung untuk lebih adil dalam memilih kepala dinas. Sebab, Asep melanjutkan, ada anggapan masyarakat bahwa kepala daerah selalu menyisihkan kursi jabatan bagi partai pengusungnya.
PERSIANA GALIH