TEMPO.CO, Surabaya - Putri Sukarni Kartodiwirjo, Emalia Iragiliati Sukarni-Lukman membantah bapaknya seorang komunis. Cap komunis sempat melekat pada Sukarni karena ia mendirikan Partai Murba besama Tan Malaka. Sukarni menjadi sekretaris jenderal partai tersebut di awal pendiriannya.
Selain Tan Malaka, kata Emalia, Sukarni juga berkawan akrab dengan tokoh komunis, Semaun. "Bapak sangat hormat pada om Tan (Malaka) dan Semaun. Tapi Bapak bukan seorang komunis," ujar Emalia dalam seminar bertema 'Calon Usulan Gelar Pahlawan Nasional, Sukarni Kartodiwirjo' di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Sabtu, 26 Oktober 2013.
Setahun setelah mendirikan Partai Murba, Tan Malaka meninggal secara misterius di Kediri. Menurut sejarawan Aminuddin Kasdi, yang menjadi panelis dalam seminar tersebut, persinggungan Sukarni dengan Tan Malaka cukup menarik. Sebab saat itu Tan mulai dibenci oleh kelompok komunis garis keras karena enggan menghubungkan mereka dengan Komunis Internasional (Komintern).
Aminuddin mengaku mendapat informasi dari tokoh Murba di Kediri bahwa Tan dihabisi sendiri oleh orang komunis yang menentangnya. Setelah dibunuh mayat Tan dibuang ke Sungai Brantas. Namun ada versi lain yang menyebutkan bahwa Tan tewas karena ditembak tentara. "Terlepas dua versi itu, saya anggap persinggungan dua tokoh ini menarik," ujar Aminuddin.
Dalam banyak hal, kata Emalia, ayahnya justru berseberangan dengan kaum komunis. Pada Januari 1965 Sukarni dimasukkan penjara karena menentang Presiden Sukarno. Namun karena di dalam bui itulah, menurut Emalia, Sukarni justru selamat dari penculikan PKI pada September 1965.
"Ada dua tentara Tjakrabirawa yang hendak menjemput Bapak tapi tidak berhasil. Karena selama di dalam penjara Bapak dilindungi oleh Polisi Militer," kata Emalia.
Emalia enggan membeberkan periode paling penting dalam hidup ayahnya, yakni saat dia dan Chairul Saleh menculik Sukarno - Hatta ke Rengasdengklok. Dalam sebuah kesempatan, kata Emalia, dirinya hanya bertanya mengapa nama Sukarni tak tercantum dalam naskah Proklamasi 17 Agustus 1945. "Bapak hanya bilang tidak tertarik menonjolkan diri," kata Emalia.
Sukarni lahir di Garum, Blitar pada 14 Juli 1916. Dia wafat pada 7 Mei 1971 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Selama hidup Sukarni pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat di masa Orde Lama serta diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung pada Orde Baru. "Waktu Bapak wafat, Presiden Soeharto datang melayat," ujar Emalia.
KUKUH S. WIBOWO