TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Budi Susilo Soepandji mengatakan saat ini posisi dasar negara Indonesia, Pancasila, dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Paham dan jiwa Pancasila mulai pudar dalam kehidupan masyarakat.
Penyebabnya adalah perjalanan reformasi yang secara tak langsung membawa kebebasan berlebihan. Pendapat dan gagasan masyarakat semakin berkembang seiring kebebasan reformasi, hingga membuat Pancasila semakin terlupakan.
"Ini berdasar penelitian yang dilakukan Lemhanas dan beberapa lembaga survei lain," kata Budi saat memberi sambutan Seminar Nasional di kantor Lemhanas, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2013.
Kebebasan ini memunculkan paham radikal pada sekelompok masyarakat. Paham radikal ini lantas bertameng pada atribut agama.
Budi menyebutkan, radikalisme yang beratribut agama ini memunculkan pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Sayangnya, ia tak mau memerinci pihak mana saja yang ingin mengganti dasar negara Indonesia ini. "Tidak etis jika saya sebut nama-nama mereka," kata dia.
Kelompok-kelompok ini, Budi melanjutkan, berpendapat bahwa Pancasila adalah warisan zaman Orde Baru. Mereka berpikir Pancasila adalah paham kuno yang perlu diganti.
INDRA WIJAYA