TEMPO.CO, Yogyaarta - Jalanan penyangga kawasan Malioboro Yogyakarta Rabu pagi, 23 Oktober 2013, mendadak berubah menjadi 'lautan' parkir kendaraan bermotor khususnya roda dua.
Hal itu disebabkan ditutupnya jalan utama Malioboro untuk melangsungkan kirab kereta sebagai puncak pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu, dan KPH Notonegoro.
Akibatnya, jalan-jalan penyangga kawasan cenderamata itu yang menjadi limpahan parkir kendaraan para warga yang ingin menyaksikan perhelatan agung Keraton Yogyakarta tersebut.
Jalan penyangga yang menjadi 'lautan' parkir itu seperti Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Jalan Bhayangkara hingga Dongkelan. Tak hanya itu, di sisi timur Jalan Malioboro, seperti Suryotomo dan kawasan Taman Budaya dan Pasar Beringharjo, parkir membeludak.
Sedangkan bagi warga yang datang dari arah utara, lebih memilih memarkir kendarannya di ruas-ruas jalan kecil Malioboro, seperti Dagen dan Sosrowijayan. Para warga sudah tak bisa masuk Malioboro dari jalan tikus itu karena setiap simpangnya setidaknya dijaga empat personel polisi dengan membentangkan papan larangan.
Ribuan warga sendiri menyemut sejak pukul 09.00 WIB. Mereka langsung memadati titik depan Kepatihan yang jadi akhir kirab kereta yang membawa rombongan keluarga Keraton Yogyakarta.
Karena jalanan Malioboro yang terpakai hanya dari kawasan Kepatihan hingga Titik Nol Kilometer, maka jalanan Malioboro sisi utara hingga rel kereta stasiun Tugu banyak dimanfaatkan pedagang makanan kecil menjajakan dagangannya. Sementara para pedagang kaki lima Mallioboro yang biasa berjualan di trotoar libur setengah hari.
Suasana Yogya pagi ini cukup hangat dan cerah. Sepanjang pagi, alunan musik gamelan terus mengalun di jalanan Malioboro menyambut kirab kereta pernikahan itu.
PRIBADI WICAKSONO
Berita populer:
Tokoh Banten Bingung dengan Gelar Ratu Atut
Asal-usul Gelar Ratu dan Tubagus
Video Rekaman Seks Siswa SMP Perlu Ditelusuri
Ada Spanduk Larang Umat Katolik Beribadat