TEMPO.CO, Pemalang - Perwakilan seribuan buruh itu belum lima menit mengutarakan maksud kedatangannya di aula DPRD Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis, 10 Oktober 2013 siang. Pandangan perwakilan buruh, Damiri, langsung terarah ke lelaki kurus berkacamata tebal di depannya.
“Tolong Bapak taruh dulu rokoknya! Anda seperti tidak menghargai kami dalam menyampaikan aspirasi,” Damiri membentak seraya menudingkan telunjuknya ke arah lelaki itu.
Lelaki yang ditunjuk tak lain adalah Wakil Ketua DPRD Pemalang, Rois Fiasal. Rois duduk di depan Damiri. Bentakan Damiri rupanya membuat sejumlah anggota Dewan yang berada di belakang Rois meradang. Suasana menjadi tegang. Namun mereka tak bisa berbuat banyak, selain hanya berbisik ke seorang anggota satuan polisi pamong praja.
Ketegangan sedikit mereda setelah Rois meminta maaf dan meletakkan rokoknya pada asbak. “Tapi mbok ya jangan pakai gebrak meja,” ujar Rois menyunggingkan senyum.
Buruh kembali mengutarakan aspirasinya. Entah lupa atau karena alasan lain, beberapa menit setelah diperingatkan, Rois kembali mengisap rokoknya di ruangan ber-AC yang seluruh jendela dan pintunya tertutup rapat. Kali ini, Damirin tidak menggubris. Ia terus mengutarakan tuntutan buruh yang meminta DPRD mendukung permintaan upah minimum kabupaten (UMK) 2014 sebesar Rp 3. 095.874,48.
Damirin dan sejumlah pengurus ASPPB melakukan audiensi bersama belasan buruh dari dua perusahaan garmen Pemalang. Belasan buruh lelaki dan perempuan itu berkeluh kesah ihwal intimidasi dari perusahaan karena upaya mereka mendirikan organisasi serikat pekerja. “Katanya serikat kerja itu hanya bisa anarkistis,” kata buruh wanita berumur sekitar 25 tahun.
“Terus intimidasinya di mana?” Rois menanggapi sembari sesekali mengisap rokoknya. Buruh pun menuturkan dirinya disuruh meninggalkan keorganisasian oleh pimpinannya. “Saya diminta ikut dia saja. Nanti dijamin aman,” ujar buruh yang enggan menyebut nama diri dan perusahaannya itu.
“Yang minta itu laki-laki?” kata Rois bercanda. “Wajar itu, laki-laki melindungi wanita.”
Cara bercanda Rois ditanggapi sejumlah pengurus ASPPB sebagai melecehkan buruh perempuan itu. “Sebagai wakil rakyat yang terhormat, cara bercanda Anda tidak tepat. Kami ke sini serius untuk mengadu, bukan jadi bahan tertawaan,” kata Tabiin, buruh lain dengan lantang. Seperti saat dihardik Damirin gara-gara rokok, Rois kembali meminta maaf.
Setelah menyulut rokok kedua, Rois meminta para buruh kembali menyampaikan unek-uneknya. “Tolong didata perusahaannya dan siapa saja karyawannya yang merasa telah diintimidasi. Nanti akan kami klarifikasi,” Roi meminta kepada pengurus ASPPB.
Wah, jadinya harus dibentak dua kali, baru Rois serius memimpin audiensi Kamis kemarin itu hingga selesai.
DINDA LEO LISTY
Topik Terhangat
Ketua MK Ditangkap | Dinasti Banten | APEC | Info Haji
Baca juga
Kasus Holly, 2 Teman Elriski Jadi Tersangka
Pengacara: Wawan dalam Pengaruh Narkoba
Pembunuh Sisca Yofie Ingin Bertemu 'Kompol A'
Polisi Usut Keterkaitan Mr X, AL, S dan Holly
Terduga Pembunuh Holly Terungkap dari CCTV