Sekilas prinsip dan pola kerja mereka identik dengan Lembaga Kesenian Rakyat atau Lekra yang diberangus pemerintah Orde Baru sejak 1965. Karya seni rupa mereka mirip karya-karya perupa Sanggar Bumi Tarung, yang merupakan sanggar perupa di bawah naungan Lekra.
Dalam proses berkarya, mereka juga menerapkan konsep turba, istilah yang digunakan Lekra untuk blusukan ke masyarakat sebelum mereka menciptakan karya seni. Dalam Taring Padi, istilah itu diganti menjadi Live In. Meski begitum Yustoni Volunteero, pendiri Taring Padi lainnya, menolak disebut sebagai pewaris Lekra. "Kami independen," katanya. (Baca selengkapnya di Majalah Tempo edisi 30 September 2013)
Amrus Natalsya, pendiri Bumi Tarung, mengakui adanya kemiripan itu. Namun, ia membantah adanya hubungan antara Lekra atau Bumi Tarung dengan dengan Taring Padi. "Tidak ada hubungan apa-apa," katanya. Menurut Amrus, seni Taring Padi lebih radikal dibanding Bumi Tarung. "Seni mereka terlalu menonjolkan ideologi, tetapi lemah di artistik. Sedangkan karya Lekra mengharuskan dua-duanya, tinggi ideologi dan sekaligus tinggi artistik."
TIM TEMPO
Topik terhangat:
Edsus Lekra | Senjata Penembak Polisi | Mobil Murah | Info Haji
Berita lainnya:
Megawati: Mbok Jangan Terlalu Tegang Dik Jokowi
Jusuf Kalla Dukung Lurah Susan
Mega: Gaji Pak Jokowi dan Ganjar Berapa?
Pesawat Buatan Habibie Diluncurkan 2016
Megawati Isengi Sultan Yogya dengan Gigi Palsu