TEMPO.CO, Cilacap - Masyarakat adat Dayeuhluhur meluncurkan petisi online untuk meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah mengembalikan macan tutul yang terjerat jebakan babi ke Bukit Pembarisan, Desa Kuta Agung Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa Tengah. Bagi warga setempat, macan tutul itu merupakan penjaga hutan yang sangat dihormati. “Kami menyebutnya karuhun, leluhur kami yang selama ini menjaga hutan tetap lestari,” kata sesepuh adat Dayeuhluhur Cilacap, Endom Kustomo, Ahad, 29 September 2013.
Ia mengatakan, petisi online dibuat agar karuhun bisa segera dilepaskan ke hutan di desa itu. Selain itu, mereka tak percaya dengan kebun binatang yang selama ini terkenal buruk rekam jejaknya dalam memelihara satwa, terutama hewan karnivora. Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) terjebak jeratan babi hutan pada Kamis, 26 September 2013. Macan itu dibius dan dibawa ke Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara.
Endom mengatakan, karuhun merupakan kearifan lokal masyarakat adat setempat. Karuhun selama ini dinilai sebagai penyeimbang rantai makanan di hutan. Jika tak ada macan, populasi babi hutan akan meningkat dan mengganggu tanaman pertanian. Selama ini, kata dia, tak ada sejarahnya ada macan memakan manusia di desa itu. Macan ke luar hutan karena mengikuti babi hutan yang mencari makan di pinggir hutan.
Executive Officer Harimau Kita, Hariyawan Wahyudi, mengatakan ada dua jenis pelepasliaran satwa, yakni langsung dan tak langsung. “Lihat kondisinya dulu, kalau kondisinya sehat bisa langsung dilepaskan,” katanya. Menurut dia, pelepasan langsung biasanya dilakukan di tempat asal hewan itu ditemukan. Ia menambahkan, kondisi sosial masyarakat setempat sudah bagus karena mau meminta dilepaskan di hutan asal. “Biasanya langsung dikuliti dan dijual,” kata dia.
Hariyawan menambahkan, jika dilepasliarkan di Nusakambangan, harus diperhatikan tingkat kerapatan populasi satwa sejenis. Setidaknya di Nusakambangan ada 18 ekor macan tutul yang tersisa, dan tersedia cukup makanan. Selain itu, faktor keamanan dari perburuan liar juga terjamin.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, Christanto, mengatakan tak akan membiarkan macan tutul itu menjadi koleksi pejabat atau Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara. “Dalam tujuh tahun, tiga gajah mati di Kebun Binatang Serulingmas,” katanya.
Daripada menjadi koleksi kebun binatang, kata dia, ia memutuskan untuk melepasliarkan kembali macan tutul itu ke Nusakambangan. Menurut dia, Nusakambangan dinilai cocok untuk habitat baru macan tutul karena di sana ada 18 ekor macan tutul lainnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Binatang Serulingmas, Nurvavik Krismiarto, berharap macan itu bisa menambah koleksi kebun binatangnya. “Kalau benar jantan, bisa dikawinkan dengan macan tutul betina yang ada di sini,” dia menambahkan.
ARIS ANDRIANTO