Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masyarakat Adat Minta Macan Tutul Dikembalikan ke Habitatnya

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Macan tutul Jawa yang memiliki nama latin Panthera pardus melas, adalah satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa. CIFOR
Macan tutul Jawa yang memiliki nama latin Panthera pardus melas, adalah satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa. CIFOR
Iklan

TEMPO.CO, Cilacap - Masyarakat adat Dayeuhluhur meluncurkan petisi online untuk meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah mengembalikan macan tutul yang terjerat jebakan babi ke Bukit Pembarisan, Desa Kuta Agung Dayeuhluhur, Cilacap, Jawa Tengah. Bagi warga setempat, macan tutul itu merupakan penjaga hutan yang sangat dihormati. “Kami menyebutnya karuhun, leluhur kami yang selama ini menjaga hutan tetap lestari,” kata sesepuh adat Dayeuhluhur Cilacap, Endom Kustomo, Ahad, 29 September 2013.

Ia mengatakan, petisi online dibuat agar karuhun bisa segera dilepaskan ke hutan di desa itu. Selain itu, mereka tak percaya dengan kebun binatang yang selama ini terkenal buruk rekam jejaknya dalam memelihara satwa, terutama hewan karnivora. Seekor macan tutul (Panthera pardus melas) terjebak jeratan babi hutan pada Kamis, 26 September 2013. Macan itu dibius dan dibawa ke Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara.

Endom mengatakan, karuhun merupakan kearifan lokal masyarakat adat setempat. Karuhun selama ini dinilai sebagai penyeimbang rantai makanan di hutan. Jika tak ada macan, populasi babi hutan akan meningkat dan mengganggu tanaman pertanian. Selama ini, kata dia, tak ada sejarahnya ada macan memakan manusia di desa itu. Macan ke luar hutan karena mengikuti babi hutan yang mencari makan di pinggir hutan.

Executive Officer Harimau Kita, Hariyawan Wahyudi, mengatakan ada dua jenis pelepasliaran satwa, yakni langsung dan tak langsung. “Lihat kondisinya dulu, kalau kondisinya sehat bisa langsung dilepaskan,” katanya. Menurut dia, pelepasan langsung biasanya dilakukan di tempat asal hewan itu ditemukan. Ia menambahkan, kondisi sosial masyarakat setempat sudah bagus karena mau meminta dilepaskan di hutan asal. “Biasanya langsung dikuliti dan dijual,” kata dia.

Hariyawan menambahkan, jika dilepasliarkan di Nusakambangan, harus diperhatikan tingkat kerapatan populasi satwa sejenis. Setidaknya di Nusakambangan ada 18 ekor macan tutul yang tersisa, dan tersedia cukup makanan. Selain itu, faktor keamanan dari perburuan liar juga terjamin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, Christanto, mengatakan tak akan membiarkan macan tutul itu menjadi koleksi pejabat atau Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara. “Dalam tujuh tahun, tiga gajah mati di Kebun Binatang Serulingmas,” katanya.

Daripada menjadi koleksi kebun binatang, kata dia, ia memutuskan untuk melepasliarkan kembali macan tutul itu ke Nusakambangan. Menurut dia, Nusakambangan dinilai cocok untuk habitat baru macan tutul karena di sana ada 18 ekor macan tutul lainnya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Kebun Binatang Serulingmas, Nurvavik Krismiarto, berharap macan itu bisa menambah koleksi kebun binatangnya. “Kalau benar jantan, bisa dikawinkan dengan macan tutul betina yang ada di sini,” dia menambahkan.

ARIS ANDRIANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Top 3 Tekno: Rampogan Harimau Jawa, Asal-usul THR, dan 10 Ponsel Terbaru

18 hari lalu

Puluhan pengunjung menyaksikan seekor aksi harimau di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat, 2 Mei 2015. Foto: Lazyra Amadea Hidayat
Top 3 Tekno: Rampogan Harimau Jawa, Asal-usul THR, dan 10 Ponsel Terbaru

Pembahasan soal tradisi pertarungan harimau, Rampogan, menjadi artikel terpopuler Tekno.


Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

19 hari lalu

Dua harimau sedang mengangkat diri kesalah satu pundak pawang saat tampil di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat, 2 Mei 2015. Pada liburan panjang dimanfaatkan warga untuk mengunjungi Taman Safari Indonesia. Foto: Lazyra Amadea Hidayat
Kisah Tradisi Rampogan Macan yang Diduga Jadi Penyebab Punahnya Harimau Jawa

Tradisi ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905 karena menjadi salah satu penyebab punahnya harimau Jawa.


Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

21 hari lalu

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)
Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.


Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

21 hari lalu

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)
Publikasi Penelitian Harimau Jawa di Jurnal Ilmiah, Peneliti Sempat Sepelekan Temuan

Baru-baru ini ada publikasi hasil analisis pemeriksaan DNA dari sehelai rambut yang membuktikan keberadaan harimau jawa di Sukabumi, Jawa Barat.


Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

25 hari lalu

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) beraktivitas di kandangnya di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau Solo Zoo, Solo, Jawa Tengah, Rabu, 3 Juni 2020. Kredit: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Cara BRIN Meneliti Jejak Harimau Jawa di Sukabumi, Spesies yang Dikategorikan Punah Selama 40 Tahun

Peneliti BRIN menelisik DNA pada temuan rambut yang diduga milik Harimau Jawa, hewan yang dkategorikan punah sejak puluha tahun lalu.


Tanda Kehidupan Harimau Jawa, Ditemukan Sehelai Rambut di Sukabumi

27 hari lalu

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)
Tanda Kehidupan Harimau Jawa, Ditemukan Sehelai Rambut di Sukabumi

Empat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini berhasil membuktikan adanya tanda-tanda jejak kehidupan harimau jawa.


Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

39 hari lalu

Mantan presiden Cina Hu Jintao meninggalkan kursinya dikawal dua pria saat upacara penutupan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Cina, di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 22 Oktober 2022. REUTERS/Tingshu Wang
Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja


KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

46 hari lalu

Monyet ekor panjang. (Dok kehati.jogjaprov.go.id)
KLHK Soal Marak Monyet Ekor Panjang Masuk Permukiman: Harimau Jawa Sudah Punah

KLHK sebut Ledakan populasi monyet ekor panjang di Pulau Jawa karena harimau jawa sudah punah dan macan tutul jawa langka.


Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

53 hari lalu

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

Penyaluran beras SPHP dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton per bulan untuk periode Januari-Maret 2024.


Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

56 hari lalu

Ilustrasi dokter. Sumber: Getty Images/iStockphoto/mirror.co.uk
Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis