TEMPO.CO, Jakarta - Ahli forensik dari Universitas Indonesia, Mun'im Idris, yang meninggal Jumat, 27 September 2013, dinihari, pernah menangani otopsi kasus pembunuhan besar, termasuk meninggalnya aktivis HAM Munir. Ia menjelaskan panjang-lebar ilmu kedokteran forensik dalam bukunya yang berjudul X-Files: Mengungkap Fakta Kematian Bung Karno Sampai Munir. Dalam bukunya, ia menceritakan rumitnya ilmu forensik dengan bahasa yang bisa dimengerti orang awam.
Dalam kasus Munir yang tewas dibunuh 7 September 2004 dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam, Mun'im mengungkapkan bagaimana peran ilmu forensik. Mun'im, yang saat itu menjadi anggota tim pencari fakta kematian aktivis hak asasi manusia itu, menceritakan bagaimana mereka bisa menemukan pelaku pembunuhan keji tersebut.
"Semula semua orang terpaku, yakin pembunuhan dilakukan di atas pesawat Garuda. Akibatnya, tersangka pelaku pembunuhan Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto, divonis bebas oleh Mahkamah Agung pada Oktober 2006," kata Mun'im kepada Tempo, Jumat, 28 Juni 2013.
Dalam kerangka kasus Munir ketika itu, diyakini bahwa Munir diracun di atas pesawat Garuda, dari Jakarta ke Den Haag, Belanda. Polisi dan jaksa yakin racun arsenik dimasukkan ke dalam mi goreng yang disajikan untuk Munir. Belakangan, hakim di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta malah meyakini racun dimasukkan dalam jus jeruk. Masalahnya, tak ada fakta yang bisa mengaitkan tersangka utama kasus ini, Pollycarpus, dengan insiden di atas pesawat.
Pada saat genting itu, Jenderal (Purn) Bambang Hendarso Danuri--yang ketika itu menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri--meminta Mun'im Idris kembali mempelajari kasus itu.
Selanjutnya Penelusuran ke Singapura...