TEMPO.CO, Cirebon--Petani tebu mulai enggan untuk menanam tanaman tersebut. Hasil yang terus menurun menjadi penyebabnya. Seperti diungkapkan Topang, 29, petani tebu rakyat asal Desa Kanci Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon, Selasa 17 September 2013. "Entah saya mau menanam tebu lagi atau tidak," katanya. pasalnya panen yang baru dilakukannya beberapa minggu lalu justru membuat saya rugi," katanya.
Topang menambahkan, sekitar seminggu lalu ia panen tebu dari 10 hektare areal. "Sebenarnya areal tanam saya 15 hektare. Tapi yang baru panen baru 10 hektare," katanya. Seluruh tebu yang telah dipanen diserahkan ke Pabrik Gula (PG) Sindanglaut. Namun ternyata pendapatan yang diterimanya tidak sepadan yaitu hanya Rp 33 juta karena tingkat rendemen tebu di pabrik tersebut hanya 6,01. Padahal sebelunya dengan tingkat rendemen di PG Gula Sindanglaut berkisar antara 7 hingga 8, karenanya ia pun bisa mendapatkan hasil hingga 80 juta untuk 10 hektar lahan tebu.
Kini, lanjut Topang, ia mulai bingung bagaimana cara membayar lahan tebu yang disewanya dari pemerintah desa. "Setiap hektare lahan disewa seharga Rp 4,5 juta," katanya. Karenanya Topang mengaku saat ini lebih memprioritaskan untuk membayarkan kewajibannya dahulu. "Daripada saya berutang," katanya.
Kini Topang pun berfikir untuk mulai beralih profesi dari petani tebu ke petani lainnya. "Daripada tebu terus merugi, lebih baik alih profesi," katanya.
Kegelisahan pun tidak hanya dialami Topang, tapi juga oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Anwar Asmali. "Saya bahkan sudah mulai menanam padi," katanya. Padi menurut Anwar memiliki prospek yang cukup bagus sehingga ia pun tertarik dengan komoditas pertanian tersebut.
Anwar pun menjelaskan jika saat ini semakin banyak petani tebu yang beralih profesi menjadi petani komoditas lainnya. Ini bisa dilihat dari semakin minimnya areal tebu di sejumlah daerah termasuk di Kabupaten Cirebon. "Untuk di Kabupaten Cirebon saat ini areal tanam tebu tinggal 7.600 hektare," kata Anwar. Padahal beberapa tahun lalu areal tanam tebu di Kabupaten Cirebon saja pernah mencapai 15 ribu hektare.
Sedangkan untuk Jabar, saat ini areal tanam tebu yang ada seluas 13 ribu hektare dengan 24 ribu petani tebu rakyat. Namun dari jumlah tersebut Anwar mengungkapkan sudah 10 persen petani yang tidak tertarik untuk kembali menanam tebu.
Penyebabnya, karena terus menurunya pendapatan mereka sebagai petani tebu. "Pabrik gula tidak membuat terobosan untuk meningkatkan produktivitasnya," katanya. Saat ini sebagian besar pabrik gula di Jabar mengandalkan dari mesin-mesin kuno peninggalan penjajahan Belanda. Dengan mesin yang sudah tua, hasil yang dicapai pun tidak maksimal. "Padahal yang diganti cukup mesinnya saja, tidak perlu bangunannya. Sehingga tingkat rendemen bisa naik dan kesejahteraan petani tebu rakyat bisa terjaga. Pabrik gula pun tidak merugi," kata Anwar.
IVANSYAH
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Siapa Bunda Putri | Penembakan Polisi
Baca juga:
Fathanah Minta Tri Kurnia Tutupi Perselingkuhannya
Jokowi - Ahok 'Menggoyang' Mal di Jakarta
Cuma Curhat, Fathanah Beri Cewek Ini Ratusan Juta?
Dirut TVRI Paksa Redaksi Siarkan Konvensi Demokrat