TEMPO.CO, Banyuwangi - Pengusaha tempe dan tahu di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, hari ini tetap berproduksi. Mereka tak mengikuti mogok nasional yang rencananya berlangsung Senin-Rabu, 9-11 September 2013. Alasannya, mogok akan menambah kerugian bagi pengusaha tahu dan tempe. "Kalau mogok, kami tidak punya penghasilan lain," kata Kordinator Asosiasi Pengusaha Tempe dan Tahu Banyuwangi, Muhammad Badri, Senin, 9 September 2013.
Dia menambahkan, pengusaha memilih menaikkan harga tempe dan tahu daripada harus berhenti berproduksi. Harga dinaikkan antara Rp 50-Rp 100 per potong. "Pembeli juga tidak mempersoalkan dengan kenaikan harga yang ditetapkan oleh pengusaha," katanya.
Di Banyuwangi terdapat 87 pengusaha tempe dan tahu. Menyiasati mahalnya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9 ribu per kilogram, beberapa pengusaha mengoplos bahan baku dengan kedelai lokal.
Hidayatullah, pengusaha tahu di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, mengatakan tetap berproduksi karena tak ada ajakan untuk mogok massal. Dia memilih tidak menaikkan harga tahu setelah harga kedelai impor merangkak. Dia memilih menipiskan tahu supaya tidak merugi. Setiap hari dia memproduksi 45 kilogram kedelai. "Kalau ada ajakan mogok, saya pasti mau," kata dia.
IKA NINGTYAS