TEMPO.CO, Jakarta -Jelang aksi mogok Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) pekan depan, harga tempe di pasar tradisional di Indramayu, Jabar, melonjak. Pedagang pun mengaku ikut mogok tersebut. Aksi mogok memproduksi tempe dan tahu rencananya akan berlangsung mulai 11 hingga 13 September. Penyebabnya karena harga kedelai yang tinggi saat ini.
Pantauan Tempo pada Ahad 8 September 2013, pedagang tempe di Indramayu menaikkan harga tempe berbagai ukuran. Tempe ukuran kecil yang biasanya dijual Rp 2 ribu per potong naik menjadi Rp 4 ribu per potong. Sedangkan yang ukuran besar biasanya dijual seharga Rp 5 ribu per potong naik menjadi Rp 7 ribu per potong.
Seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Nono, mengaku jika kenaikan harga tempe dagangannya baru terjadi hari ini. "Karena mulai besok selama 3 hari kami tidak berjualan," kata dia.
Nono sendiri mengaku akan ikut tidak membuat dan berjualan tempe selama 3 hari di pasar. Ia mengaku harga kedelai saat ini sudah sangat tinggi. "Katanya tempe makanannya wong cilik, tapi kok kedelainya mahal," ia menambahkan.
Dengan adanya aksi mogok itu Nono berharap harga kedelai bisa normal seperti semula. "Kami ini hanya pembuat tempe kecil-kecilan, kalau harga kedelai mahal, bagaimana kami bisa bertahan hidup," katanya.
Sementara itu dari Kabupaten Cirebon dilaporkan banyak usaha yang akan terganggu dengan mogoknya perajin tempe dan tahu. "Diantaranya usaha perdagangan nasi lengko dan nasi jamblang," kata Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Cirebon, Haki.
Diakui Haki, aksi mogok produsen tempe dan tahu akan membawa pengaruh buruk bagi sektor usaha lainnya di Cirebon.
Namun diakui Haki, mereka yang di daerah pun tidak bisa berbuat apa-apa terkait tingginya harga kedelai saat ini. Karenanya ia pun menyerahkan sepenuhnya kepada produsen tempe dan tahu dalam menghadapi tingginya harga kedelai saat ini. "Tapi kami tentu berharap mereka tetap produksi. Karena banyak yang akan terganggu dengan tidak berproduksinya mereka," katanya.
IVANSYAH