TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Suhardi menilai partainya dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan akan sama-sama rugi jika tak bergabung pada Pemilihan Umum 2014. Sebab, dua partai tersebut memiliki visi dan misi yang mirip dan diyakini bisa sejalan dalam membangun negara. "Sejak 2009, ada komitmen untuk terus bergabung hingga 2014," kata Suhardi saat dihubungi, Ahad, 8 September 2013.
Saat diungkit soal isu Jokowi, sapaan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Suhardi mengaku tak memiliki kewenangan untuk menahan-nahan Jokowi. Akan tetapi, Suhardi mengatakan partainya masih ingin melihat komitmen Jokowi membangun Jakarta. "Kami yang membawa dan mempopulerkan Jokowi. Sayang kualitas Jokowi kalau komitmen dia terdahulu berubah-ubah," ujar dia. "Pemimpin yang baik itu pemimpin yang tak mengingkari janjinya."
Suhardi mengatakan, Gerindra tak punya perjanjian khusus dengan PDIP untuk mencalonkan Jokowi sebagai capres. Namun, Suhardi yakin partainya tak akan berpisah koalisi dengan PDIP. Apalagi kalau dalam hasil pemilihan umum legislatif, Gerindra tak mampu melampaui angka 20 persen jumlah anggota parlemen. "Ini belum bicara soal sikap Prabowo. Tapi mari kita melihat pemilihan umum legislatif. Kalau kami di bawah 20 persen, ya PDIP paling bagus untuk koalisi," ujar dia.
Isu Jokowi maju sebagai capres kian kuat. Sejumlah pengurus daerah PDIP menyatakan akan mengajukan nama Jokowi dalam rapat kerja. Sejak Januari lalu, nyaris semua survei menunjukkan elektabilitas Jokowi jauh melebihi semua calon presiden lain, termasuk Ketua Umum PDIP Megawati dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
MUHAMAD RIZKI