TEMPO.CO, Jakarta - Kerja sama produk industri militer dengan Indonesia ditanggapi dengan dingin oleh pengusaha Polandia. Janusz Zakrecki, President/Direktur Umum Polskie Zaklady Lotnicze (PZL) Mielec, yang memproduksi pesawat angkut ringan M28 Skytruck dan dibeli Kepolisian RI, mengaku tak terlalu bersemangat menanggapi rencana itu.
“Kami pernah menjajakinya dengan PT Dirgantara Indonesia, tapi kurang mendapat sambutan,” ujar Janusz kepada Tempo, Rabu malam waktu setempat (4 September 2013), di sela-sela jamuan makan malam kenegaraan menyambut rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diselenggarakan Presiden Bronislaw Komorowski di the Column Hall, Istana Kepresidenan Warsawa. The Column Hall adalah tempat komposer Frederic Chopin menggelar konser pertama kalinya pada 24 Februari 1818.
PZL Mielec mempekerjakan sekitar 3.000 karyawan. Perusahaan ini pernah menjual empat unit pesawat angkut multi-misi, Skytruck tipe M28--yang merupakan penyempurnaan dari An-28 Antonov, untuk Kepolisian RI. “Tapi kini tinggal dua unit, karena dua pesawatnya jatuh karena kesalahan manusiawi. Padahal mesinnya bagus, tak ada masalah, sekali lagi itu hanya human error,” ujarnya.
Janusz meyakini bahwa salah satu penyebab kecelakaan itu karena pihak Polri sebagai pemesan tak mau pesawat angkut ringan ini dilengkapi Ticas, radar pendeteksi cuaca. “Mereka menyatakan tak butuh kelengkapan itu, padahal sangat diperlukan. Sejak bencana itu, kini kami wajibkan setiap penjualan Skytruck harus dilengkapi Ticas dan sistem deteksi canggih lainnya,” kata Janusz sambil menikmati alunan suara bening penyanyi kenamaan Polandia, Anna Maria Jopek.
Jenis pesawat multi-misi ini cocok untuk kondisi alam Indonesia yang sering dilanda bencana alam, tsunami misalnya. “Landasannya tak perlu keras, mobilitasnya diperlukan untuk penyaluran bantuan kemanusiaan yang perlu gerak cepat,” katanya. M28 Skytruck kini dijual seharga US$ 6 juta hingga US$ 7 juta per unit—bergantung pada spesifikasinya. Saham PZL Mielec kini sepenuhnya dimiliki Sikorsky, perusahaan heli terkemuka di Amerika Serikat. “Kami juga memproduksi pesawat tempur Black Hawk yang tahun lalu dibeli Brunei Darussalam sebanyak 12 unit,” kata Janusz.
Menurut Janusz, pada 2006 lalu, pihaknya pernah menawarkan 11 unit Skytruck sekaligus bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia. Namun respons pemerintah lamban. “Meski sudah disetujui Menteri Pertahanan kedua negara, dan akhirnya juga diteken Menteri Keuangan Polandia, kabarnya ditolak Menteri Keuangan Indonesia,” kata Janusz. Sejak itu, pihaknya terpaksa membatalkan rencana penjualan dan program produk bareng pesawat yang dipakai Angkatan Udara dan Angkatan Laut Polandia ini. Selain ke Indonesia, produk ini juga diekspor ke Amerika Serikat, Nepal, Kolombia, Venezuela, dan Vietnam.
WAHYU MURYADI (WARSAWA)