Indonesian kata Sofian, memiliki masalah lebih kompleks. Transisi demokrasi di Indonesia belum menghasilkan pemerintahab yang dinamis, efektif dan bersih. Politik, kata dia, masih melahirkan pemerintahan yang boros sekaligus belum bisa lepas dari korupsi dan nepotisme. "Ini masalah bagi pembangunan, bisa membuat Indonesia masuk middle income trap (jebakan nilai pendapatan mayoritas yang hanya di level menengah ke bawah)," kata dia.
Menurut dia pembangunan juga bermasalah dari sisi kesenjangan yang melebar. Dia mencontohkan kemiskinan di Papua sudah mencapai taraf tujuh kali lipat dari kawasan Indonesia bagian barat. "Pemerataan pendidikan dan kesejahteraan penting. Kalau tidak, bonus demografi hanya membuat Indonesia menjadi seperti ungkapan Soekarno, Kuli among nation," kata Sofian.
Menurut Sofian, Presiden Indonesia mendatang harus mampu membuat strategi pembangunan jangka panjang. Mereka perlu memberikan perhatian pada kebijakan sektor pendidikan dan kesehatan untuk membentuk angkatan kerja terbaik dalam sejarah republik. "Selama ini pemerintah tak bekerja efektif, lebih banyak boros untuk hiruk pikuk politik," kata dia.