TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Panitia 17 yang mengusulkan perubahan Jalan Medan Merdeka, Jimly Asshiddiqie, mengatakan ada tiga tujuan yang ingin dicapai dengan pergantian nama itu. "Pertama, memberi penghargaan pada sejarah," ujar Jimly ketika ditemui di Hotel Aryaduta, Senin, 2 September 2013. Jimly menilai kesadaran generasi muda saat ini terhadap sejarah perlu dibangkitkan.
Kedua, kata Jimly, sebagai bentuk apresiasi terhadap pahlawan. Menurut dia, di Indonesia saat ini hanya ada dua kota yang menggunakan nama Soekarno sebagai nama jalan. Di daerah juga ada gedung dan jembatan yang semula bernama Soekarno, lalu diganti dengan nama lain. "Kan tidak pantas itu," ujarnya.
Ia mencontohkan perubahan nama Jembatan Ampera di Palembang. "Dulu diresmikan dengan nama Jembatan Bung Karno, namun sesudah tragedi G30S diganti menjadi Jembatan Ampera."
Tujuan ketiga berkaitan dengan rencana rekonsiliasi. Jimly mencontohkan usulan mengenai rencana penamaan Jalan Gajah Mada dan Jalan Majapahit di Kota Bandung. Begitu juga sebaliknya, rencana penamaan Jalan Siliwangi dan Jalan Pajajaran di Kota Surabaya. Hal ini berhubungan dengan “dendam” sejarah setelah Perang Bubat antara Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat dan Majapahit di Jawa Timur.
Dalam hal Jalan Medan Merdeka, menurut Jimly, ide rekonsiliasi khususnya berkaitan dengan rencana Jalan Soeharto. Soal ini belum ada keputusan akhir. "Gubernur akan berkonsultasi dulu kepada Presiden," kata Jimly.
Rencananya, Jalan Medan Merdeka Utara menjadi Jalan Soekarno, Jalan Medan Merdeka Selatan menjadi Jalan Mohammad Hatta, Jalan Medan Merdeka Barat menjadi Jalan Ali Sadikin, dan Jalan Medan Merdeka Timur menjadi Jalan Soeharto. Usulan dua jalan yang terakhir masih diperdebatkan.
MAYA NAWANGWULAN
Terpopuler:
5 Bintang yang Berakhir Jadi Gelandangan
Jusuf Kalla: Jokowi Harus Nyapres
Sengman Pernah Hadir ke Wisuda Anak SBY?
Menteri Agama Ngambek Pidatonya Terpotong Azan
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat