TEMPO.CO, SUBANG-- Ribuan hektare areal tanaman padi musim tanam gadu kedua di sebagian besar wilayah Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Subang, Jawa Barat, kini, terancam kekeringan hebat. "Total luasnya mencapai 4.589 ribu hektare," kata Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Hendrawan, kepada Tempo, di kantornya, kemarin.
Hendrawan mengatakan, jika dalam satu-dua pekan ke depan tak terairi, tanaman padi tersebut dipastikan mati meranggas. Ribuan hektare tanaman padi yang terancam kekeringan tersebut rata-rata berumur 20 hingga 45 hari, dan tersebar di 33 desa di delapan kecamatan.
Hendrawan mengungkapkan kekeringan paling hebat mengancam Rancadaka, Desa Mundusari, Patimban, Kotasari dan Pusakajaya. "Semuanya berada di wilayah Pantai Utara (Pantura)."
Hendrawan mengatakan, bersama dengan para petani di 33 desa yang mengalami kekeringan tersebut, dia tengah mengupayakan sistem pengairan gilir-giring dan pompanisasi. Sistem gilir-giring dilakukan buat areal persawahan yang dialiri irigasi teknis Tarum Timur. Adapun yang menggunakan sistem pompanisasi mengandalkan sumber air setempat, semisal sungai Cipunagara dan Ciasem. Tetapi, "Pasokan air irigasi dan sungai setempat sudah menipis," imbuh Hendrawan.
Carta, seorang petani di Desa Rancadaka, mengatakan, pembagian air dengan sistem gilir giring dilakukan bergiliran. "Setiap blok ada yang kebagian satu hari sekali, ada pula yang dua hari sekali sesuai kebutuhan dan kesepakatan petani dan ulu-ulu," ujar Carta. "Hasilnya, cukup lumayan, tapi, tak menjamin bisa bertahan lama."
Hal serupa juga dilakukan para petani di Desa Mundusari yang menggunakan pompanisasi. "Kami bergantian mengambil air dari sumber sungai Cipunaraga," ujar Rasmin.
Saat ini, diasumsikan setiap hektare sawah di sana memproduksi rata-rata 6 ton gabah kering panen. Jika kekeringan hebat terjadi, diperkirakan produksi padi bisa ambles hingga 275 ribu ton lebih.
NANANG SUTISNA