TEMPO.CO, Jakarta - Prangko bergambar obyek-obyek wisata dan budaya Indonesia sudah biasa. Tapi pada 17 Agustus kemarin lain dari biasanya. Muncul 10 macam prangko budaya dan wisata Indonesia. Uniknya, yang menerbitkan bukan PT Pos Indonesia, melainkan BPOST, perusahaan pos Kerajaan Belgia.
Peluncurannya dilakukan Duta Besar Indonesia untuk Belgia dan Luksemburg, Arif Havas Oegroseno, menandai peringatan 68 tahun kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2013.
Terdiri dari 10 jenis, prangko-prangko itu bergambar komodo, bunga Rafflesia Arnoldii, batik, wayang kulit, Pura Ulun Danau Beratan-Bali, Candi Borobudur, Masjid Istiqlal-Gereja Katedral Jakarta, gamelan, rumah gadang Minang, plus Manneken Pis dalam pakaian Jawa Yogyakarta.
Yang delapan jelas merupakan ikon-ikon Indonesia untuk budaya; wisata; flora-fauna; Istiqlal-Katedral, lambang upaya toleransi beragama; dan Manneken Pis berpakaian Jawa, terkait dengan tuan rumah, Belgia. Manneken Pis adalah patung anak kecil kencing, yang merupakan salah satu identitas Brussels.
Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno menjelaskan, ke 10 prangko itu dicetak dalam dua seri: bernomor 1 dan 2. Seri bernomor 1 merupakan prangko yang berlaku untuk surat di dalam negeri Belgia. Sedangkan seri bernomor 2 bisa digunakan untuk surat dari Belgia ke negara-negara Uni Eropa. Jadi tidak ada angka nominal harga sebagaimana pada prangko biasa, melainkan angka 1 atau 2 pada prangko itu. Harga normal prangko Belgia untuk surat biasa dalam negeri sebesar € 0,77 dan untuk Uni Eropa € 0,85 (€ 1 sekitar Rp 13 ribu).
Yang empunya gagasan pembuatan prangko ini adalah Duta Besar Oegroseno sendiri. Katanya, sejak berdinas di Brussels, ia ingin menandai peringatan 17 Agustus dengan cara yang khas.
Nah, suatu hari, tatkala memeriksa sejumlah surat yang diterimanya lewat pos, ia menyadari sesuatu. Bahwa manusia zaman sekarang sudah jarang menggunakan surat, lebih banyak pakai e-mail atau SMS. Penggunaan surat itu sekarang lebih khusus. “Dan prangko lebih khusus lagi. Ia, selain untuk surat, juga untuk dikoleksi. Jadi bisa membekas,” tutur Oegroseno. Maka bulatlah ide membuat prangko itu.
“Prosesnya tidak terlalu rumit,” kata Arif Havas Oegroseno. “Begitu idenya bulat, kami merundingkannya dengan BPOST. Dan kesepakatan dicapai.”
Yang agak rumit, kata Oegroseno, mendapatkan foto-foto yang akan digunakan. Sebab, dibutuhkan foto yang hak ciptanya bebas, dan itu hanya dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Adapun yang ada di situs Kementerian resolusinya rendah. Nah, untuk mendapatkan yang beresolusi tinggi, prosesnya agak panjang. “Kementerian Parekraf lalu mengirim 50 foto, dan kami pilih 10,” ujar Oegroseno.
Biaya kerja sama Kedubes RI dan BPOST Belgia juga tak terlalu mahal. “Kurang dari € 5.000,” kata Oegroseno. Itu biaya untuk memborong 6.000 lembar prangko yang akan digunakan KBRI, khususnya dalam berkorespondensi dengan warga untuk Pemilihan Umum 2014 nanti.
Jadi ini prangko khusus pesanan KBRI yang penggunaannya eksklusif. Tidak dijual di kantor-kantor pos Belgia. Namun warga Belgia yang ingin mengoleksi prangko ini tetap bisa membelinya di KBRI.
Jadi, jangan kaget kalau suatu waktu nanti Anda menerima surat dari luar negeri tapi prangkonya bergambar komodo atau Borobudur, misalnya.
GING GINANJAR