TEMPO.CO, Maumere - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan 700 unit rumah bagi korban bencana letusan Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal tersebt dikemukakan oleh Sekretaris daerah (Sekda) NTT FransiskusSalem, Rabu, 14 Agustus 2013. Adapun lokasi tempat pembangunan 700 unit rumah tersebut adalah di Kelurahan Hewuli, Kelurahan Wuring, dan Desa Magepanda, Kecamatan Alok Barat.
Kedua lokasi tersebut masuk wilayah Kabupaten Sikka. Selain rumah, juga disediakan fasilitas pendukungnya, seperti listrik, air bersih, dan jalan raya. Biaya pengadaan listrik, air bersih, dan jalan raya menjadi tanggungan pemerintah Kabupaten Sikka.
Menurut Fransiskus, penyediaaan rumah oleh BNPB karena pemerintah berencana merelokasi warga dua desa di Pulau Palue yang letaknya berdekatan dengan Gunung Rokatenda (zona merah). Kedua desa tersebt adalah Desa Rokirole dan Desa Nitunglea. "Mereka memang harus di relokasi," katanya.
Fransiskus menjelaskan, sebenarnya tidak akan ada korban jiwa pada saat terjadi letusan Sabtu, 10 Agustus 2013 lalu, jika warga Palue yang telah mengungsi pada letusan Oktober 2012 mau di relokasi. "Yang terjadi, setelah Rokatenda mereda, warga ramai-ramai kembali ke kampung mereka," ujarnya.
Karena itu Fransiskus berharap agar warga yang kini berada di pengungsian di Kota Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka, bersedia direlokasi dan menempati rumah yang dibangun tersebut.
Hingga saat ini tercatat jumlah pengungsi yang menempati bekas kantor Bupati Sikka mencapai 560 orang. Jumlah ini kemungkinan akan bertambah, jika berhasil membujuk warga yang masih bertahan di Pulau Palue.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, pada saat meninjau kondisi para pengungsi pada Selasa, 13 Agustus 2013, juga telah meminta kesediaan para korban letusan Gunung Rokatenda agar bersedia direlokasi. Sebab, pemukiman penduduk sudah tidak aman untuk dihuni. "Setiap saat gunung Rokatenda bisa meletus lagi. Jadi sebaiknya direlokasi," tuturnya.
Namun warga Desa Rokirole dan Desa Nitunglea justru menolaknya. Sesuai kepercayaan mereka, walaupun dilanda bencana, namun warga tidak boleh pindah ke tempat lain. Apalagi, masih banyak ternak yang ditinggalkan di kampungnya yang terletak di Pulau Palue tersebut. "Kami harus kembali ke kampung, kami tidak mau dipindahkan," kata Thomas Rugu, warga Desa Nitunglea.
YOHANES SEO