TEMPO.CO, Bandung - Ratusan penyapu jalan di Kota Bandung bekerja esktra pada malam takbiran, Rabu, 7 Agustus 2013. Namun sebagian dari mereka bukan petugas kebersihan resmi, melainkan penyapu gadungan yang bermodal rompi warna kuning.
Dari pantauan Tempo, para penyapu itu terlihat bekerja di sejumlah ruas jalan. Umumnya mereka berkelompok 3-4 orang di sekitar perempatan seperti di Buah Batu-by pass dan Buah Batu-Lingkar Selatan. Para penyapu jalan itu membawa sapu lidi bertangkai panjang, tempat sampah plastik beroda, dan memakai rompi kuning.
Baca juga:
Cara kerjanya berbeda. Kotoran yang disapu tidak segera dibuang, tapi sekadar menjadi tampilan supaya mendapat belas kasihan. Direktur Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung Cece H Iskandar mengatakan, mereka bukan petugas resmi sehingga tidak dikenali. "Mereka bukan pegawai, mungkin mereka memanfaatkan momen untuk meminta sumbangan pengguna jalan," ujarnya kepada Tempo, Rabu 7 Agustus 2013 malam.
Penyapu gadungan itu di antaranya ada yang mangkal di jalan protokol seperti Jalan Jakarta, Ahmad Yani, Supratman, Asia Afrika, Ir. Juanda (Dago), dan di pusat keramaian seperti kawasan Alun-alun Bandung. Ciri khas petugas kebersihan yang asli, kata Cece, yaitu memakai pin bertuliskan PD Kebersihan. Cece belum menindak atau melarang mereka. "Kalau mengganggu pengendara, baru ditindak," ujarnya.
Pada malam takbiran ini, PD Kebersihan Kota Bandung memberlakukan jam kerja ekstra bagi penyapu jalan dan sopir angkutan truk sampah. Dari total 1.080 orang yang bekerja, 650 orang di antaranya penyapu jalan. Mereka bekerja dari pukul 19.00-24.00 WIB. Di sejumlah jalan protokol dan tempat keramaian seperti di sekitar Alun-alun Bandung jam kerjanya hingga pukul 03.00 WIB.
Baca juga:
Diperkirakan, pembersihan sampah di jalan pada malam takbiran ini totalnya mencapai 3 truk sampah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Upah kerja malam itu, kata Cece, sebesar Rp 40 ribu per orang, untuk penyapu jalan maupun supir truk sampah.
ANWAR SISWADI