TEMPO.CO, Banyuwangi - Sebanyak 260 penambang belerang di Gunung Ijen, Jawa Timur, meminta PT Candi Ngrimbi menaikkan harga beli belerang dari Rp 780 per kilogram menjadi Rp 1.000 per kilogram. "Sejak harga bahan bakar minyak naik, kebutuhan hidup naik," kata seorang penambang belerang, Akmawito, 43 tahun.
Penambang belerang menyampaikan hal itu saat berdialog dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Direktur Utama PT Candi Ngrimbi Yamin Naharto di Pos Paltuding Gunung Ijen, Selasa 2 Juli 2013.
Baca Juga:
Akmawito menjelaskan, penambang belerang biasanya mengangkut 65 kg - 70 kilogram belerang. Dengan harga beli Rp 780 per kilogram, berarti uang yang didapat sekitar Rp 30 ribu - Rp 50 ribu sehari. Penghasilan ini, kata dia, tidak cukup untuk makan dan menyekolahkan anak. "Kalau tidak menambang, ya tidak dapat penghasilan," kata warga Desa Bulusari, Kecamatan Licin ini.
Harga beli belerang Rp 780 kilogram itu berlaku dalam setahun terakhir. Saat Akmawito menjadi penambang pada 2003 lalu, harga beli belerang masih Rp 450/kg.
Penambang belerang mengangkut belerang padat dari kawah Ijen setinggi 2.368 meter ke kaki gunung. Belerang padat itu dijual ke PT Candi Ngrimbi, perusahaan yang mengantongi ijin usaha pertambangan sejak 1978 lalu.
Direktur Utama PT Candi Ngrimbi Yamin Naharto mengatakan, saat ini sulit untuk menaikkan harga beli belerang dari para penambang. Sebab produk belerang Indonesia sering kalah dengan belerang impor dari Jepang dan Singapura. "Belerang impor itu merupakan sisa-sisa pengolahan minyak," katanya.
Belerang dari PT Candi Ngrimbi, kata dia, hanya memasok untuk kebutuhan PT Perkebunan Nusantara IX, PTPN X dan PTPN XI melalui tender. Setiap tahun perusahaannya memasok 400 ton untuk penggilingan gula. Namun tak setiap tahun tender dimenangkan. Saat kalah tender, Candi Ngrimbi terpaksa menimbun belerang antara 2 hingga 3 tahun. Apa lagi harga jual belerang juga cukup rendah, sekitar Rp 1.500 per kilogram.
Yamin mengklaim, bila penambang belerang bekerja penuh selama 30 hari, maka penghasilannya bisa mencapai Rp 1,5 juta. Penghasilan tersebut dinilai lebih tinggi dibandingkan upah minimum kabupaten sebesar Rp 1.080.000. "Setiap hari juga kita beri susu dan kacang hijau," kata Yamin.
IKA NINGTYAS
Topik Terhangat:
Tarif Progresif KRL | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Puncak HUT Jakarta
Berita Terpopuler:
3 Insiden Memalukan Saat SBY di Akademi TNI
SBY Minta Video Wonderful Indonesia Distop
Polisi: Laporan Wartawati Korban Perkosaan Janggal
Teman Wartawati Korban Perkosaan Bantah Polisi
Luthfi Pertanyakan Hatta Rajasa Hilang di Dakwaan