TEMPO.CO, Malang - Petani cabai rawit di Dusun Dadapan Lor, Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur gagal panen akibat serangan busuk buah. Buah cabai mereka tiba-tiba kering dan menghitam sehingga tak bisa dipanen. Serangan busuk buah ini dialami petani sejak sebulan lalu.
"Daun tetap segar, tapi buah dan bunga langsung mengering," kata seorang petani setempat, Suji Astuti, Selasa 2 Juli 2013.
Seluruh tanaman cabai seluas setengah hektare itu, kata dia, rusak tak bisa dipanen. Jika rata-rata setiap panen menghasilkan 100 kilogram, sekarang hanya menghasilkan 15 kilogram. Berbagai cara dilakukan petani untuk menyelamatkan tanaman cabai yang mendekati panen itu. Mereka menyemprot dengan aneka jenis obat-obatan untuk mempertahankan kesegaran cabai.
Namun usaha itu tak membuahkan hasil. Tanaman cabai tetap saja rusak dan tak terselamatkan. Anomali cuaca diperkirakan sebagai penyebab busuknya buah. Sebab saat tanaman cabai tengah berbuah hujan terus mengguyur sehingga membusuk. Apalagi, tanaman cabai dikenal tak tahan dengan kondisi air yang menggenang.
Biaya produksi pun meningkat, sedangkan penghasilan petani menurun. Sehingga, meski harga cabai mahal, tak berdampak langsung terhadap para petani. Harga cabai tingkat petani di Pujon semula Rp 20 ribu per kilogram naik dua kali lipat menjadi Rp 40 ribu. Namun di tingkat petani produksi ini cabai anjlok signifikan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Sub-terminal Agrobisnis Mantung Kabupaten Malang Totok Purwanto mengakui bahwa pasokan cabai menurun. Namun, sebagian cabai dipasok dari Probolinggo dengan kualitas yang baik. Harga cabai dari petani, katanya, seharga Rp 25 ribu per kilogram. Namun, harga jual di pedagang antara Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu. "Pasokan dari Probolinggo lancar," kata Totok.
Pedagang sayur asal Wajak Kabupaten Malang, Sri Wahyuni mengaku pasokan cabai menurun. Rata-rata setiap hari pasokan cabai sekitar tiga kwintal, sekarang turun menjadi satu kwintal. Sehingga pasokan cabai rawit di pasaran terus menyusut. Cabai dipasok ke sejumlah pasar tradisional di Malang. "Distribusi ke Jakarta dihentikan, sejumlah pasar kekurangan pasokan," katanya.
Meski harga naik Sri mengaku tak banyak mendapat untung karena harga cabai di tangan petani turut naik. Sri juga bermitra dengan petani untuk bantuan permodalan dan pembelian pupuk dan pestisida.
EKO WIDIANTO
Topik Terhangat
Tarif Progresif KRL |Bursa Capres 2014 |Ribut Kabut Asap| PKS Didepak?
Berita terpopuler:
Cara Kepolisian Tutupi Kasus Upaya Suap Anggotanya
Petinggi Polisi Minta Kasus Suap Tidak Bocor
Luthfi Hasan Tuding KPK Ingin Hancurkan PKS
Bupati Rote Bantah Roy Suryo Marah-marah di Hotel
Stasiun UI Masih Gunakan Tiket Kertas
Polisi: Laporan Wartawati Korban Perkosaan Janggal