TEMPO.CO, Kupang -Pemerintah Daerah Otonomi Baru (DOB) Malaka, Nusa Tenggara Timur mengalami kesulitan untuk merehabilitasi wilayahnya pasca-banjir bandang akibat jebolnya tanggul Sungai Benanain.
"Dana yang dibutuhkan untuk perbaiki tanggul itu, berdasarkan hitungan kami mencapai Rp 400 miliar," kata Kepala Balai Wilayah Sungai II Nusa Tenggara, Charisal Manu, kepada wartawan, Selasa, 25 Juni 2013.
Banjir yang melanda DOB Malaka menyebabkan 36 desa terendam banjir, dan ratusan kepala keluarga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Banjir masih terus melanda wilayah itu hingga hari ini.
Dana itu, menurut Charisal, digunakan untuk membangun tanggul permanen sepanjang 42 kilometer dengan ketinggian antara 4-5 meter. Tanggul tanah yang ada saat ini tidak bisa mengatasi meluapnya sungai, karena bisa jebol. "Apalagi jika curah hujan dengan intesitas tinggi di daerah hulu," ujar dia.
Penanganan darurat banjir itu, kata Charisal, Pihaknya telah mengirimkan 1.500 lembar geo bag dan 500 lembar besi bronjong untuk menangani banjir di wilayah Kabupaten Malaka, menyusul jebolnya tanggul penahan banjir Sungai Benanain akhir pekan lalu.
Pengiriman geo bag dan besi bronjong itu hanya untuk penanganan darurat kebencanaan, sekaligus mengantisipasi jika terjadi banjir susulan. "Asal masyarakat setempat tidak lagi menjebol tanggul yang sudah ditambal dengan geo bag," katanya.
Dia menambahkan, penanganan banjir di Malaka hanya bersifat darurat dan parsial, sehingga tidak menuntaskan persoalan. Jadi tidak heran, jika setiap tahun wilayah tersebut mejadi daerah langganan banjir. "Perlu pembahasan yang komprehensif untuk tangani banjir di daerah itu," katanya.
YOHANES SEO