TEMPO.CO, Jakarta--Pasca insiden pemukulan terhadap pramugari Sriwijaya Air, Nur Febriyani terjadi, Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Bangka Belitung, Zakaria Umar Hadi, sempat berusaha lari dari Bandara Pangkalpinang. "Dia sempat berusaha keluar dari "airport", sampai pintu keluar "arrival hall" ditahan dan dia masuk lagi," kata Febby, sapaan Febriyani, dalam konferensi pers di Kemang, Jumat, 7 Juni 2013.
Zakaria mengetahui niat Febby untuk melakukan visum. Ia mendekati pramugari penerbangan bernomor SJ dan mempertanyakan rencana Febby. "Bapak itu datang ke saya sambil bilang, "Visum? Apanya yang divisum?" dan itu mukanya dekat sekali ke muka saya," ujar Febby. Namun ia tetap melakukan visum di rumah sakit setempat. Hingga saat ini, ia belum mengetahui kapan akan terbang lagi.
Febby menuturkan, ia akan kembali berkonsultasi dengan dokter spesialis THT malam ini atau besok. Manajemen Sriwijaya Air masih mem-"block" jadwal terbang Febby. Ia menyatakan masih mengalami nyeri pada telinga bagian kirinya, setelah Zakaria melakukan pemukulan dengan koran yang digulung. "Tapi saya rasa barang bukti yang diserahkan bukan itu, beda warnanya," kata Febby.
Pesawat Sriwijaya Air dengan rute Cengkareng - Pangkalpinang itu berangkat pukul 18.30 dan tiba pada 19.30. Febby mendapati telepon selular (ponsel) milik Zakaria masih menyala sesaat sebelum pesawat lepas landas. Ia lantas menyampaikan teguran. "Saya lihat "keypad" Bapak itu masih menyala," ujarnya. (Lihat: Kronologi Pemukulan Pramugari Sriwijaya Air)
Ia menjelaskan, hingga proses "boarding", penerbangan dengan nomor SJ 078 dari Cengkareng menuju Pangkalpinang itu tidak ada masalah. Febby melihat Zakaria duduk di kursi nomor 12 E, dekat jendela darurat. Sesuai prosedur, rekan Febby melakukan "briefing" cara membuka jendela darurat.
Zakaria pun mendapat teguran dari rekan Febby karena masih mengaktifkan ponsel. "Dua kali ditegur," ucap pramugari yang pada awal kariernya sempat bekerja di Mandala Airlines itu. Dari rekannya, Febby mengetahui bahwa Zakaria menyatakan telah mematikan ponselnya, dengan nada keras.
Saat pintu pesawat ditutup, kata Febby, "supervisor" menyampaikan "welcome announcement", termasuk peringatan untuk mematikan ponsel. Ia kemudian melakukan pemeriksaan kabin, termasuk memeriksa penggunaan sabuk pengaman, dan menegur penumpang yang masih mengaktifkan ponsel. Ia menegur beberapa penumpang, dan mereka pun mematikan ponsel yang semula masih menyala.
Febby pun bertemu dengan Zakaria. Menurut dia, kata-katanya sopan dalam memberi teguran. "Saya bilang, "Maaf, tolong matikan hapenya, Pak"," ucapnya. Namun, Zakaria menyorongkan ponsel tersebut ke arah Febby dan mengatakan ia telah menonaktifkan ponsel tersebut. Menurut Febby, nada suara Zakaria cukup keras.
Mendapat perlakuan tersebut, Febby bertanya kepada Zakaria. "Maaf, Bapak kenapa kasar? Saya hanya meminta Bapak mematikan hape," kata dia menirukan ucapannya saat itu. Ia menuturkan, saat itu Zakaria masih terlihat marah. Namun Febby tak menyangka kemarahan tersebut berlanjut.
MARIA YUNIAR
Topik terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Membangkang | Ahmad Fathanah
Berita terkait:
Wakil Gubernur Bujuk Damai Pramugari Sriwijaya Air
Asosiasi Penumpang: Pemukul Petugas KRL Ditindak
Pramugari Sriwijaya Air Sepupu Indra Bekti
Dasar Pramugari Larang Pakai Ponsel dalam Pesawat