TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia menilai, Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja gagal. Pasalnya, tidak ada perlindungan nyata yang dilakukan Jamsostek selama 20 tahun terakhir.
"Jamsostek dinilai berhasil oleh pemerintah karena indikatornya salah," kata Presiden Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Andi Gani Nena Wea, di Hotel Sari Pan Pacific, Kamis, 30 Mei 2013.
Menurut dia, penilaian pemerintah berdasarkan indikator Badan Usaha Milik Negara dan pendapatan yang diterima. Sementara itu, pemerintah mengabaikan indikator perlindungan yang seharusnya menjadi faktor utama. "Dalam 20 tahun, hanya 14,6 persen tenaga kerja yang terlindungi," kata dia.
Karena itu dia berharap kegagalan Jamsostek jangan sampai terulang di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS di sektor kesehatan yang akan segera aktif mulai 1 Januari 2014 merupakan pelayanan kesehatan gratis bagi rakyat miskin. Menurut dia, pelaksanaan program ini harus diawasi oleh masyarakat agar tidak ada penyelewengan yang terjadi. "Kesehatan itu bukan hanya untuk pemilik modal," katanya.
Andi mencontohkan iuran jaminan hari tua diterima pekerja di Malaysia lebih besar namun sektor industrinya lebih bersaing. Sedangkan pekerja di Indonesia, kata Andi, menerima jumlah yang 0,25 persen lebih kecil dan angka pertumbuhan sektor industri justru lebih kecil dari Malaysia. "Ini salah jaminan sosial atau struktur investasinya?" Andi mempertanyakan.
LINDA HAIRANI
Topik Terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Berita Terpopuler:
Jadi Tersangka, Farhat Abbas Dicoret sebagai Caleg
Jokowi Berpeluang Jadi Calon Presiden dari PDIP
Dokter: 'Burung' Muhyi Tak Bisa Disambung Lagi
Bertemu Ganjar, Bibit Teringat Pesan Mega
Cara KPK Sindir Darin Mumtazah