TEMPO.CO , Jakarta:Pria hidung belang di Kabupaten Kediri bebas menggunakan jasa pekerja seks komersial tanpa harus menggunakan kondom. Alat kontrasepsi ini tak lagi ditemukan setelah relawan Komisi Pemberantasan AIDS memboikot distribusi kondom ke lokalisasi.
Sejak distribusi kondom berhenti satu pekan terakhir, para penikmat layanan syahwat di lokalisasi Kediri bebas berhubungan intim tanpa perlindungan. Biasanya mereka dipaksa oleh para PSK untuk membeli kondom di outlet yang tersedia di lokalisasi. "Kini tak ada lagi penjual kondom di sana," kata Sanusi, pengurus KPAD Kediri, Jumat 24 Mei 2013.
Kekosongan kondom ini menurut dia terjadi di seluruh outlet yang dikelola kelompok kerja KPAD di sembilan lokalisasi, kafe, rumah karaoke, dan tempat-tempat rawan terjadinya transaksi seksual. Tempat ini menjadi obyek distribusi kondom gratis dari KPA Nasional karena beresiko tinggi penularan HIV/AIDS.
Hingga kini, pasokan kondom di tempat-tempat itu masih berhenti. Para pemilik outlet memboikot penjualan kondom setelah polisi menuduh mereka melakukan mark up penjualan kondom dari Rp 500 menjadi Rp 1.000 per biji. Para pemilik outlet mengaku ketakutan menjual kondom dan memilih berhenti karena tak mau berurusan dengan polisi. "Daripada dipenjara gara-gara kondom," kata Edi, pemilik outlet kondom di salah satu lokalisasi Kediri.
Edi mengaku menerima pasokan 500 - 1.500 kondom per bulan dari KPAD. Kondom yang seharusnya dibagikan gratis itu dia jual Rp 1.000 per biji kepada tamu lokalisasi. Alasannya uang itu untuk biaya transportasi dan operasional outlet. Dia mengakui saat ini para tamu lokalisasi tak lagi menggunakan alat kontrasepsi sama sekali saat berhubungan intim.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Adi Laksono mengaku tak mau terlibat soal penghentian kondom ini. Dia berdalih program pemberantasan HIV/AIDS bukan tanggungjawabnya, melainkan wewenang KPAD. "Kami tak punya anggaran untuk melakukan pembagian kondom seperti mereka," katanya.
Namun Adi mengaku khawatir dengan tingginya risiko penularan HIV atas pemboikotan ini. Sebab tak hanya mengancam pria hidung belang dan PSK, ibu rumah tangga pun turut terancam penyakit ini. Saat ini lebih dari 471 orang di Kediri dinyatakan positif pengidap AIDS.
Soal penyidikan polisi atas dugaan mark up, Adi Laksono meminta pemilik outlet dan KPAD kooperatif. Jika memang tidak ada kesalahan yang dilakukan, polisi tak akan gegabah melakukan penangkapan. "Kami juga tak bisa melarang polisi mengusut," katanya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kediri Edy Herwianto mengatakan penyelidikan kasus ini dilakukan pelan-pelan. Dia tak mau terburu-buru menetapkan tersangka karena menyangkut banyak kepentingan. "Masih tahap pengumpulan keterangan saja," katanya.
HARI TRI WASONO
Terhangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Terpopuler:
PKS: VW Caravelle Milik Luthfi, bukan DPP
Twitter Dipo Soal Franz Magnis Dinilai Tak Pantas
Orangtua Darin Kenalkan Luthfi Hasan Sebagai Suami
KPK Sita Lagi Mobil Luthfi di PKS, Johan: Lancar