TEMPO.CO, Surakarta- Forum Rektor Indonesia bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggelar pendidikan demokrasi untuk memberantas golput di kalangan generasi muda."Kami ingin ikut andil dalam melakukan advokasi dan menyadarkan masyarakat agar tidak golput," ujar Ketua Forum Rektor Indonesia 2013 Laode Kamaluddin kepada wartawan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Jumat 10 Mei 2013.
Program ini didasari penilaian bahwa generasi muda makin tak peduli pada kondisi bangsa. "Kami tidak sekadar menggelar ceramah, tapi juga langsung terjun ke masyarakat," katanya. Menurut Laode, generasi muda sudah tidak peduli apakah negeri ini akan tetap bersatu atau dibubarkan saja. "Kaum muda sudah kehilangan kesadaran kebangsaan dan semakin acuh dengan polemik bangsa."
Indikasinya, banyak pemilih golput yang didominasi generasi muda. "Angka golput makin meningkat," ujar Laode. Dia menunjuk kasus pemilihan gubernur DKI Jakarta putaran kedua, angka golput mencapai 37,78 persen atau lebih besar dari suara yang didapat pemenang.
Sedang pada pemilihan gubernur Jawa Barat, masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya sebesar 36,3 persen. Dan puncaknya di pilkada Sumatera Utara, angka golput mencetak sejarah di angka 63,38 persen. "Kalau ini dibiarkan terus, bisa dipastikan yang memimpin Indonesia adalah kelompok minoritas," katanya.
Menurut Laode, generasi muda menarik diri karena kecewa terhadap negeri ini. Yaitu ketika mendapat tontonan penanganan korupsi yang lemah dan pimpinan partai yang makin tidak menyenangkan. "Akhirnya hanya menambah jumlah orang-orang yang skeptis," katanya.
Iklan
Laode mengatakan, program pendidikan demokrasi untuk generasi muda ini tidak hanya dengan KPU Pusat, tapi juga dengan KPU Provinsi dan Kabupaten dan Kota.
UKKY PRIMARTANTYO