Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banyak Konflik Agama, Lembaga Mediator Dibutuhkan

image-gnews
Seorang warga Syiah mengunjungi rumahnya yang telah menjadi puing akibat dibakar massa ketika terjadi korban konflik SARA di desa Karang Gayam, Sampang, Madura, kemarin. Foto diambil Senin, (8/27). TEMPO/Fully Syafi
Seorang warga Syiah mengunjungi rumahnya yang telah menjadi puing akibat dibakar massa ketika terjadi korban konflik SARA di desa Karang Gayam, Sampang, Madura, kemarin. Foto diambil Senin, (8/27). TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM, Syamsu Rizal Panggabean, menyatakan pemerintah perlu segera membentuk lembaga mediator resmi konflik keagamaan di banyak daerah rawan.

Menurut dia, mediasi lebih menjanjikan penyelesaian konflik ketimbang instrumen hukum. "Sampai sekarang belum ada lembaga yang resmi. Sementara kapasitas pemda maupun polisi sebagai mediator sangat rendah," kata Rizal, dalam peluncuran "Laporan Kehidupan Beragama 2013", Center for Religious and Cross Culture Studies UGM, Kamis, 25 April 2013.

Instrumen hukum, kata dia, terbukti lemah. Banyak kasus terjadi selama 2012, misalnya konflik rumah ibadah Gereja HKBP Filadelfia Bekasi, dan GKI Taman Yasmin Bogor. Keputusan Mahkamah Agung justru diabaikan. "Kasus itu menunjukkan pula, dalam isu konflik agama, tata kelola pemerintahan terlihat buruk, sebab kepala daerah yang menolak eksekusi putusan MA."

Rizal menambahkan, hasil eksaminasi Fakultas Hukum UGM terhadap persidangan kasus penodaan agama dan pelaku penyerangan di kasus Syiah Sampang, setahun belakangan, juga membuktikan kelemahan instrumen hukum di penyelesaian konflik agama.

Hasil eksaminasi itu menunjukkan putusan persidangan terkesan dirancang sejak awal, dengan menghadirkan saksi yang memihak, dakwaan yang melenceng dari fakta, dan putusan yang lebih banyak dipengaruhi opini publik. "Kasus itu menjadi sinyal lemahnya undang-undang, terkait konflik keagamaan. Banyak pasal karet," kata dia.

Untuk itu, konsep kerja lembaga mediator juga mesti digarap serius. Mediasi yang selama ini berjalan justru diwarnai negosiasi yang timpang. Sering kali pemerintah daerah atau polisi memihak salah satu kelompok. "Tajul Muluk (tokoh Syiah Sampang) mengaku saat mediasi pernah diminta polisi menandatangani pernyataan tobat. Alasannya, pernyataan itu nanti bisa dijelaskan dengan apologi karena tertekan," kata dia.

Praktek mediasi, Rizal menambahkan, mesti dipersepsikan sebagai program pemberdayaan kapasitas kelompok yang sedang bertikai. Mediator, kata dia, mesti mampu mendorong aktor yang terlibat, baik mayoritas maupun minoritas, untuk menjalankan komunikasi sosial yang tidak memicu ledakan konflik. "Di kasus Syiah Sampang, eskalasi konflik makin memuncak ketika perang argumentasi terjadi lewat toa (pengeras suara) masjid," ujar dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Zainal Abidin Bagir, Direktur Program CRCS UGM, mengatakan salah satu kesimpulan utama laporan kehidupan beragama selama 2012 dari lembaganya, ialah pentingnya melembagakan mediasi sebagai solusi konflik. Perumusan strategi mediasi perlu menjadi perhatian pemerintah, mengingat selama beberapa tahun terakhir sama sekali tak ada terobosan yang muncul sebagai solusi konflik. "Kalau tetap tak ada terobosan, bakal terus bermunculan kasus, terutama di isu penodaan agama dan konflik rumah ibadah," kata dia.

Laporan kehidupan beragama CRCS UGM tahun ini, kata Zainal, berbeda daripada tahun sebelumnya, karena menekankan analisis kualitatif. Laporan itu tak banyak memperhatikan data kuantitatif mengenai jumlah konflik atau kebijakan pemerintah yang mendukung adanya pertikaian. "Ini karena ada banyak kasus bersifat pengulangan tahun sebelumnya, seperti isu penodaan agama di kasus Ahmadiyah dan Syiah, serta konflik rumah ibadah di banyak daerah," kata dia.

Tahun ini, kata Zainal, lembaganya akan menerbitkan dua monografi berkaitan dengan konflik keagamaan, yakni monografi kehidupan beragama di Indonesia, dan monografi rumah ibadah di Kawasan Jakarta. "Peta besar konflik keagamaan mulai jelas, asal ada kebijakan yang tepat, situasi keberagamaan akan mulai kondusif," kata Zainal.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Topik Terhangat:
Caleg |
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya

Berita Terpopuler:
Susno Berlindung di Ruang Kerja Kapolda Jabar

Alasan Atlet Risa Suseanty Tolak Santunan Lion Air

Eksekusi Susno Semalam, Kajati 'Lempar Handuk'

Susno Keluar dari Markas Polda Tengah Malam

Suap Daging, Luthfi Hasan Dijanjikan Rp 40 Miliar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Bertemu KWI, Muhaimin Iskandar: Jalin Kebersamaan dalam Dialog Antaragama

29 November 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Bertemu KWI, Muhaimin Iskandar: Jalin Kebersamaan dalam Dialog Antaragama

Muhaimin Iskandar melakukan pertemuan dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Cikini, Jakarta Pusat.


Wapres Ma'ruf Amin Imbau Isi Khotbah Tak Berisi Narasi Permusuhan

17 November 2019

Wakil Presiden Maruf Amin (tengah) bersama Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar (kiri) mengikuti jalan santai Antar Iman  di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Ahad, 17 November 2019. Kegiatan jalan santai yang diikuti warga lintas agama dan keyakinan itu bertujuan untuk menumbuhkan toleransi dan merawat kebhinekaan. ANTARA
Wapres Ma'ruf Amin Imbau Isi Khotbah Tak Berisi Narasi Permusuhan

Ma'ruf Amin mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan narasi-narasi kerukunan, bukan narasi-narasi konflik.


Indonesia dan Malaysia Bangun Dialog Antaragama Islam - Konghucu

4 Juni 2018

Utusan Khusus Pemerintah Indonesia, Din Syamsuddin (tengah) memberi sambutan forum dialog Islam-Konghucu di Jakarta, 4 Juni 2018.
Indonesia dan Malaysia Bangun Dialog Antaragama Islam - Konghucu

Utusan khusus Presiden Indonesia untuk dialog antaragama dan antarnegara, Din Syamsuddin, mengadakan dialog Islam dan Konghucu dengan Malaysia.


Menag Apresiasi 6 Poin Rumusan Etika Kerukunan Umat Beragama

11 Februari 2018

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj (tengah) bersama Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan), mengikuti Apel Hari Santri Nasional 2017 di Tugu Proklamasi, Jakarta, 22 Oktober 2017. Hari Santri Nasional tahun ini mengambil tema Meneguhkan Peran Santri dalam Bela Negara, Menjaga Pancasila, dan NKRI. ANTARA
Menag Apresiasi 6 Poin Rumusan Etika Kerukunan Umat Beragama

Enam poin rumusan etika kerukunan umat beragama itu diserahkan ke Presiden Joko Widodo.


Kenapa Jokowi Undang Berbagai Pemuka Agama Akhir-akhir Ini?

8 Agustus 2017

Presiden Jokowi (tengah) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua kanan), Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan), tokoh ulama Banten Abuya Muhtadi bin Abuya Dimyati (kedua kanan), pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar Maimoen Zubair (kiri), Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin (kedua kiri) menghadiri Dzikir Kebangsaan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 1 Agustus 2017. ANTARA/Puspa Perwitasari
Kenapa Jokowi Undang Berbagai Pemuka Agama Akhir-akhir Ini?

Sepekan terakhir, Presiden Joko Widodo atau Jokowi kerap memanggil pemuka agama ke Istana Kepresidenan, ada pesan apakah dari berbagai pertemuan itu?


Maruf Amin Tagih Janji Jokowi Soal Pelaksanan Dialog Nasional

12 Mei 2017

Presiden Joko Widodo didampingi Mensesneg Pratikno bertemu dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini, Rais Aam NU yang juga Ketua MUI Maruf Amin di kantor pusat PBNU, Jakarta, 7 November 2016. ANTARA FOTO
Maruf Amin Tagih Janji Jokowi Soal Pelaksanan Dialog Nasional

Ketua MUI Pusat KH Maruf Amin, menagih janji Presiden Jokowi mengenai rencana melakukan dialog nasional untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa.


Zakir Naik: Hanya Warga Bekasi Tak Bertanya Soal Al Maidah 51

11 April 2017

Penceramah asal India, Zakir Naik,menyampaikan orasi ilmiahnya di hadapan ribuan para peserta di Baruga AP Pettarani, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatanm, 10 April 2017. Dalam ceramah umumnya, Dr Zakir Naik menyebut, puasa, zakat, dan berhaji ke Makkah tak hanya diajarkan oleh Islam, tapi juga diajarkan dalam ajaran Kristen. TEMPO/Iqbal Lubis
Zakir Naik: Hanya Warga Bekasi Tak Bertanya Soal Al Maidah 51

Di Makassar, seorang jamaah Hafid kembali bertanya kepada Zakir Naik soal pemimpin suatu daerah yang bukan muslim seperti di Al Maidah 51.


Di Makassar, Zakir Naik: Kenapa Angka Kriminalitas di Arab Rendah

10 April 2017

Cendekiawan muslim, Zakir Naik, memberikan pemaparan saat kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DI Yogyakarta, 3 April 2017. Selama mengunjungi Indonesia Zakir Naik melakukan dakwah di sejumlah daerah antara lain di Bandung, Yogyakarta, Ponorogo, dan Makasar. ANTARA FOTO
Di Makassar, Zakir Naik: Kenapa Angka Kriminalitas di Arab Rendah

Di sela ceramah di Makassar, Zakir Naik mengungkapkan penyebab angka kriminalitas di Arab Saudi rendah.


Wali Kota Bekasi Bantah ke Vatikan Hadiah dari Izin Santa Clara

9 April 2017

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi usai melakukan pertemuan di Balaikota, Jakarta, 25 November 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN\
Wali Kota Bekasi Bantah ke Vatikan Hadiah dari Izin Santa Clara

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi diundang ke Vatikan pada 24 Mei 2017 mendatang. Rahmat membantah undangan itu hadiah dari pemberian izin Santa Clara.


Zakir Naik Tampil di Bekasi, Ini Reaksi Positif Sekretaris Daerah

8 April 2017

Cendekiawan muslim, Zakir Naik, memberikan pemaparan saat kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DI Yogyakarta, 3 April 2017. Selama mengunjungi Indonesia Zakir Naik melakukan dakwah di sejumlah daerah antara lain di Bandung, Yogyakarta, Ponorogo, dan Makasar. ANTARA FOTO
Zakir Naik Tampil di Bekasi, Ini Reaksi Positif Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah Kota Bekasi Rayendra Sukarmadji mengatakan izin kepada panitia ceramah Zakir Naik adalah bukti konsistensi menjaga toleransi agama.