TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan menilai dua insiden penyerangan yang dilakukan oleh anggota TNI di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan dan kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengindikasikan ada keanehan dalam institusi militer Indonesia. Sebab dua kejadian ini muncul karena tersulutnya jiwa korsa prajurit.
"Ada jiwa korsa tidak tepat, terutama yang dilakukan prajurit-prajurit muda," kata Direktur Hukum Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan, Muhammad Fachruddien, saat dihubungi Tempo, Selasa, 23 April 2013.
Fachruddien pun meminta TNI untuk memperketat disiplin militer, termasuk memperbaiki pengertian jiwa korsa di kalangan prajuritnya. Tujuannya agar anggota TNI tidak mudah terbawa emosi hingga main hakim sendiri. "Jiwa korsanya memang sangat baik, tapi jangan sampai disalahgunakan."
Selain itu, Kementerian Pertahanan juga meminta TNI menggunakan Kitab Undang-undang Disiplin Militer jika menemui pelanggaran disiplin prajuritnya. Menurut Fachruddien jika diperlukan, Kementerian Pertahanan akan mengajukan penyempurnaan kitab undang-undang ini. Namun saat disinggung lebih lanjut, Fachruddin merahasiakannya. "Sudah tunggu saja nanti."
Kemarin, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membantah jika 10 prajurit Batalyon Zeni Konstruksi 13 menyerang kantor DPP PDIP. Agus mengatakan prajuritnya hanya terlibat keributan dengan masyarakat sekitar kantor DPP PDIP.
Saat diminta komentar soal evaluasi jiwa korsa di kalangan prajurit TNI, Agus menjawab singkat. Menurut dia jiwa korsa sangat diperlukan bagi tentara di seluruh dunia. "Tapi jiwa korsa jangan disalahgunakan," kata dia.
INDRA WIJAYA
Topik Terhangat:
Caleg | Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya
Berita Terpopuler:
SBY Isyaratkan Naikkan Harga BBM Bulan Mei
Dahlan Tertarik Bikin Ladang Ganja
Kalapas Cipinang Dibela Kuasa Hukum Nazaruddin
Dua Eks Tokoh Partai Demokrat Lompat ke Gerindra
Van Persie: Saya Telah Menunggu Lama Gelar Ini