Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Istana Bantah Ada Diskriminasi Pada Minoritas

image-gnews
Juru Bicara Presiden SBY bidang dalam negeri, Julian Aldrin Pasha. TEMPO/Subekti
Juru Bicara Presiden SBY bidang dalam negeri, Julian Aldrin Pasha. TEMPO/Subekti
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha membantah negara melakukan pembiaran sehingga gagal melindungi para pemeluk agama minoritas. Kata dia, semua warga negara dipandang sama, tak memandang kepercayaan yang dianut. "Agama minoritas? Kami bahkan tak mengenal istilah minoritas. Semua sama," kata Julian kepada Tempo melalui telepon, Kamis, 28 Februari 2013.

Sebelumnya, Human Rights Watch menilai pemerintah Indonesia gagal melindungi para penganut agama minoritas. Lembaga swadaya masyarakat internasional yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, itu menyoroti banyaknya kasus serangan kelompok militan terhadap tempat ibadah dan penganut agama minoritas. Mereka mencatat terjadinya sekitar 264 kasus kekerasan sepanjang tahun 2012. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya sebanyak 244 kasus. Catatan tersebut mengutip data Setara Institute.

HRW juga menyebut kasus kekerasan banyak dilakukan oleh beberapa organisasi Islam militan, seperti Front Pembela Islam dan Forum Umat Islam.

Direktur HRW wilayah Asia, Brad Adams, mengatakan pemerintah Indonesia tak tegas menindak para pelaku kekerasan. Kesimpulan itu didapat setelah HRW melakukan riset di 10 provinsi di Jawa, Madura, Sumatera, dan Timor. Dalam riset itu mereka mewawancarai lebih dari 115 orang dari berbagai kepercayaan dan kalangan, termasuk ulama, polisi, jaksa, milisi, pengacara dan aktivis hak sipil. Sebanyak 71 orang diantaranya merupakan korban kekerasan.

Julian mengatakan, persoalan kekerasan terhadap pemeluk agama tak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Apalagi kemudian menyalahkan pihak-pihak berwajib seperti kepolisian, pemerintah, hingga kelompok pemeluk agama yang lain. Bisa-bisa, situasi yang ada bertambah panas. "Di negara homogen saja, benturan bisa terjadi. Apalagi di negara seperti Indonesia, yang besar, dan memiliki keanekaragaman suku, agama, dan budaya," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Indonesia, kata Julian, sudah banyak mendapat pengakuan dari dunia  internasional ihwal kerukunan antar-umat beragama. Pengakuan itu, bukan diminta, tapi diberikan karena banyak kalangan yang merasakan penerapan kerukunan di Indonesia. "Jadi sebenarnya ini perlu diluruskan, LSM menyebut seperti itu kepentingannya apa? Apakah untuk kepentingan nasional, atau pihak tertentu?" ujar Julian.

Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar menjamin Kepolisian akan selalu melindungi semua warga negara tanpa diskriminasi. Dia berharap, toleransi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia semakin baik.

MUHAMAD RIZKI | ANGGRITA DESYANI

Berita Terpopuler:
Anas Minta Amir Ungkap Gebrak Meja SBY di Cikeas 

5 Alasan Mahfud Soal Kasus Hukum Anas Urbaningrum 

Djoko Susilo Ternyata Punya Istri Lain di Jakarta 

Mahfud: Wajar Saya Simpati pada Anas Urbaningrum

Mahar Djoko untuk Nikahi Dipta Layak Masuk MURI  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

27 Juni 2019

Seorang pengunjuk rasa memegang poster selama protes menentang aksi main hakim sendiri sampai mati terhadap seorang pria Muslim Tabrez Ansari oleh gerombolan Hindu, di Kolkata, India, 26 Juni 2019. [REUTERS / Rupak De Chowdhuri]
Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

Protes kekerasan atas nama agama digelar di India, setelah gerombolan Hindu melakukan aksi pengeroyokan terhadap seorang pria Muslim pekan lalu.


SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

20 Februari 2018

Petugas kepolisian melakukan olah TKP kasus penyerangan di Gereja Santa Lidwina, DI Yogyakarta, Minggu (11/2)11 Februari 2018. Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus penyerangan gereja ini. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

Hendardi mengatakan bahwa tujuan dari pihak yang melakukan penyerangan itu, yakni menciptakan instabilitas.


Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

26 September 2017

Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat berkunjung ke Gedung KPK guna melakukan kerjasama dalam bidang pengawasan pajak Provinsi DKI Jakarta, 25 September 2017. Tempo/Muhammad Irfan Al Amin
Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

Djarot mengatakan tindakan Joker membubarkan kebaktian Pulogebang tidak mencerminkan Islam yang damai dan penuh rahmat.


Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

26 September 2017

Pembentukan Forum Komunikasi Antar Agama dan Suku untuk Rusun Pulogebang pada Senin, 25 September 2017, di Rusun Pulogebang. Pembentukan forum ini dipicu kasus kebaktian Pulogebang. Warga Rusun Pulogebang
Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

Setelah kasus kebaktian Pulogebang terjadi, Forum Komunikasi akan menunjuk perwakilan dari agama dan suku pada setiap blok selaku komunikator.


Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

Sukatma pun menerangkan bahwa video rusuh kebaktian Pulogebang yang viral tersebut tidak lengkap .


Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

Tokoh masyarakat telah membuat kesepakatan agar insiden pembubaran kebaktian Pulogebang tidak terulang.


Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

25 September 2017

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait berkunjung ke lokasi penggusuran di Pasar Ikan Luar Batang, Jakarta, 19 April 2016. TEMPO/Rezki
Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

Arist?berpendapat, menjalankan ibadah, termasuk kebaktian?Pulogebang,?adalah hak fundamental yang dilindungi secara universal.


Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

Pria bernama Nasoem Sulaiman alias Joker terekam kamera tengah membubarkan kebaktian Pulogebang


Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

Nasoem alias Joker rajin beribadah dan menjadi tokoh masyarakat di rusun. Dia dibawa ke kantor polisi lantaran membuat rusuh kebaktian di Pulo Gebang.


Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

Tak sampai 24 jam setelah mengganggu kebaktian di Rumah Susun Pulogebang, Joker dihajar empat orang pria bertubuh tinggi dan besar di rumahnya.