TEMPO.CO, Denpasar - Sejumlah tokoh masyarakat di Bali yang menamakan diri Forum Eksponen Masyarakat Bali Solidaritas dan Setia Nusantara, Jumat, 25 Januari 2013, melakukan aksi keprihatinan terkait kasus kerusuhan di Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Mereka melakukan aksinya di wantilan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali di kawasan Renon, Denpasar. Forum menilai kerusuhan antar warga, antar etnik, antar umat beragama dan antar kelompok, yang terjadi diIndonesia selama ini merupakan cermin lemahnya perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
“Kemampuan aparat keamanan, terutama pihak kepolisian, juga lemah dalam mengayomi hak WNI sesuai Pancasila dan UUD 1945.” Demikian antara lain isi pernyataan yang mereka sampaikan.
Ketua DPRD Bali, Cok Ratmadi, yang menemui para peserta aksi mengaku sedih dengan kejadian yang berulang-ulang terjadi dan menimpa warga Bali. “Pluralisme masyarakat yang menjadi dasar dari persatuan dan kesatuan bangsa sudah hilang,” katanya.
Ratmadi yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali itu bahkan meminta Presiden Susilo Bambang Yudhono mundur dari jabatannya jika tidak mampu mengatasi masalah seperti itu.
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, megakui masalah yang menimpa wargaBali itu memprihatinkan. Namun masyarakat Bali di Bali tidak mudah terprovokasi dan menahan emosi. Pastika justru berharap warga Bali memberikan saran dan bantuan kepada pemerintah daerah yang menjadi lokasi kerusuhan.
Ihwal bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali, Pastika mengatakan masih terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kepala Kepolisian Daerah Bali, Inspektur Jenderal Arif Wachyunadi, mengatakan pihaknya bersama TNI telah melakukan upaya untuk mencegah kerusuhan berkembang. Sebanyak 500 personil TNI dari Kodam Udayana serta Brimob dari Surabaya dan Kelapa Dua. Mereka Polda NTB dikerahkan membantu aparat Polda NTB untuk mengendalikan keamanan di Sumbawa.
Kerusuhan Sumbawa terjadi Selasa lalu. Dipicu oleh beredarnya informasi kematian Arniati alias Atik, 29 tahun. Warga Dusun Berang Belo, Desa Berang Rea, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, itu dikabarkan tewas setelah diperkosa pacarnya, seorang oknum Polres Sumbawa, Brigadir Polisi I Gede Eka Suarjana. Peristiwa perkosaan terjadi setelah keduanya mengunjungi lokasi wisata pantai Watugong, Kecamatan Badas.
Namun isu tersebut dibantah pihak kepolisian yang mengatakan kematian Atik (versi polisi, Arniyasi binti Abdul Hamid, 32 tahun) akibat kecelakaan lalu lintas. Sepeda motor yang ditumpangi pasangan kekasih itu tiba-tiba jatuh dan Atik mengalami luka berat hingga meninggal. Dalam kerusuhan tersebut puluhan bangunan berupa rumah, fasilitas bisnis, juga kendaraan rusak dan dibakar.
ROFIQI HASAN