Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ratusan Warga PDIP Solo Peringati Kasus 27 Juli

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Solo: Ratusan warga PDI Perjuangan Kota Solo, Selasa (27/7), memperingati peristiwa 27 Juli di berbagai ruas jalan. Tidak kurang dari lima buah keranda yang biasa digunakan mengusung jenazah diarak keliling kota. Mereka menuntut agar pemerintah segera merampungkan pengusutan kasus yang telah terjadi delapan tahun silam tersebut. Pengadilan ad hoc menjadi alternaltif untuk mengadili para jendral yang terlibat dalam kasus yang dinilai sebagai pelanggaran berat HAM itu. Aksi yang digelar oleh Forum 628 berlangsung di depan Gedung Balaikota Solo. Mereka menuntut agar mantan Pangdam Jaya yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso segera diadili. Menurut mereka, peristiwa 27 Juli 1996 harus dipertanggungjawabkan secara perorangan, bukan individu. "Sutiyoso sudah jadi tersangka, kapan vonisnya," demikian bunyi salah satu poster yang ditempelkan di salah satu kereta jenazah yang mereka bawa.Dyah Sipon, isteri penyair Wiji Thukul yang hilang semenjak peristiwa tersebut ikut membacakan dua buah puisi karya suaminya tersebut. Sipon nampak tidak kuasa menahan tangisnya ketika berorasi. "Sampai kapanpun saya menuntut suami saya dikembalikan. Pelaku 27 Juli harus diseret ke pengadilan HAM," tukasnya dengan suara bergetar. Sebelumnya, sebuah kelompok yang berisikan massa beratribut PDI Perjuangan juga melakukan peringatan serupa. Massa yang menamakan dirinya Gerakan Rakyat Anti-Kekerasan (Gerak) memulai aksinya dari Pasarkliwon menuju balaikota. Di sepanjang jalan mereka melakukan tabur bunga dan dibarisan paling depan terlihat tiga buah keranda berisi sebentuk benda mirip manusia yang diberi kain kafan. Mereka menyebutkan sebagai simbol korban 27 Juli. Sirine tidak henti-hentinya dibunyikan.Berbeda dengan Forum 268 yang melakukan orasi dan menyerahkan petisi ke Walikota Solo, Slamet Suryanto, Gerak memilih terus berjalan keliling kota Solo. Salah seorang peserta aksi Gerak mengatakan bahwa arak-rakan massa itu bermaksud untuk melarung tiga keranda yang mereka bawa ke sungai Bengawan Solo.Kelompok ketiga yang ikut memperingati peristiwa 27 Juli menamakan kelompok mereka Gerakan Rakyat Merdeka (Geram). Kelompok ini berangkat dari Posko Mega Hasyim Kecamatan Laweyan, selanjutnya menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan kemudian menuju Balaikota. Di dalam perjalanannya sekitar tujuh kilometer, mereka sempat menggelar orasi di depan pintu gerbang Makorem 074 Warastratama. Di pintu gerbang markas tentara tersebut mereka mendesak TNI sebagai institusi pertahanan negara tidak berpolitik praktis. Mereka membentangkan spanduk panjang bertuliskan desakan penuntasan kasus 27 Juli dengan menindak para pelakunya, baik yang sipil maupun militer. Sejumlah poster juga mereka bawa. Di antaranya ada tiga poster yang berbunyi, "Pangdam Jaya '86 Sudah Tersangka, Kasdamnya Gimana Tuh...", "Bang Yos Udah Kena Tuh, Cak Bambang Jangan Hanya Nyanyi Dong. Ingat Dosamu 27 Juli 1996", "Si Suti Sudah Tersangka, Si Susi Ikutan Juga. Adili Dong", dan sejumlah poster lainnya. Sepanjang PDI Perjuangan menjadi partai yang berkuasa, baru tahun ini warga PDI Perjuangan turun ke jalan melakukan aksi peringatan peristiwa berdarah tersebut. Pada tahun-tahun sebelumnya, peringatan 27 Juli hanya dilakukan dengan renungan malam atau doa bersama. Imron Rosyid - Tempo News Room
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

27 Juli 2022

Ketua PDIP Surabaya Adi Sutarwijono (berdiri) memberi sambutan pada acara Refleksi Kudatuli, 27 Juli 2022. (Foto istimewa)
Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

Pada 28 Juli 1996 kerusuhan Kudatuli merembet ke Surabaya. Terjadi unjuk rasa besar di area Kebun Binatang dan berlanjut ke Jalan Diponegoro.


PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

27 Juli 2022

Sejumlah pengurus teras DPP PDI Perjuangan menggelar tabur bunga untuk memperingati Peristiwa Kudatuli di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Juli 2021. Istimewa.
PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

Acara itu dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama beberapa politikus PDIP lainnya.


PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

22 Juli 2022

Sejumlah pengurus teras DPP PDI Perjuangan menggelar tabur bunga untuk memperingati Peristiwa Kudatuli di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Juli 2021. Istimewa.
PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

Iwan menyebut, PDIP sebagai partai berkuasa mestinya bisa mendorong penuntasan kasus 27 Juli 1996.


Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

27 Juli 2020

Forum Nasional 27 Juli 1996 menggelar aksi di depan Gedung DPP PDIP, Jakarta Pusat pada Sabtu, 27 Juli 2019 (Andita Rahma)
Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

Peristiwa Kudatuli bermula dari dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia atau PDI.


Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

28 Juli 2019

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal  Kudatuli. Berurai airmata, Ketua DPP PDIP itu berkeliling gedung DPP PDIP Diponegoro bersama para korban Kudatuli dan Satgas PDIP yang dulu bersama-sama berjuang membela Megawati Soekarnoputri melawan rezim orde baru. Tempo/Dewi Nurita
Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

Ribka Tjiptaning blak-blakan mengungkap bahwa sebetulnya Kudatuli, bisa diselesaikan jika ada keseriusan dari petinggi-petinggi PDIP.


Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

27 Juli 2019

Pengurus DPP PDI Perjuangan mendatangi kantor Komnas Hak Asasi Manusia di Jakarta, 26 Juli 2018, untuk berdialog tentang kasus 27 Juli 1996. AMSTON PROBEL
Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau peristiwa Kudatuli terus menagih hak mereka.


Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

27 Juli 2019

Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning saat ditemui Tempo di ruangannya, lantai 4 kantor DPP PDIP Diponegoro, Sabtu, 27 Juli 2019. TEMPO/Dewi Nurita
Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal Kudatuli di kantor DPP PDIP hari ini.


Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

27 Juli 2019

Forum Nasional 27 Juli 1996 menggelar aksi di depan Gedung DPP PDIP, Jakarta Pusat pada Sabtu, 27 Juli 2019 (Andita Rahma)
Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

Politikus PDIP Ribka Tjiptaning meminta Presiden Jokowi segera menuntaskan kasus 27 Juli atau Kudatuli.


Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

27 Juli 2019

Ali Husen 43 Tahun, Ketua Forum Nasional 27 Juli 1996. Kader PDI Posko Jakarta Barat, korban kerusuhan 26 Juli 1996 yang pernah ditahan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tempo/Dewi Nurita
Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan Kudatuli tak berhenti menuntut penuntasan kasus yang mereka alami.


Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

27 Juli 2019

Megawati Soekarnoputri, meresmikan kantor baru DPP PDIP di Jalan Diponegoro No.58, Jakarta, 1 Juni 2015. Setelah Peristiwa 27 Juli 1996 meletus kantor tersebut direbut oleh massa pendukung PDI versi Kongres Medan, Soerjadi. TEMPO/Imam Sukamto
Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

Peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh juli atau Kudatuli hingga saat ini masih tak jelas ujung pangkalnya. Korban meminta namanya direhabilitasi.