TEMPO.CO, Tasikmalaya - Aktivitas penambangan pasir sungai di Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat mencemari sungai. Warga yang wilayahnya dilintasi sungai yang berhulu dari Gunung Galunggung pun protes, karena air sungai menjadi keruh.
"Yang dipersoalkan warga hanya air keruh, tak persoalkan pertambangan pasir," kata Ketua Asosiasi Tambang Pasir Galunggung, Nono, saat ditemui di lokasi penambangan, Kamis, 17 Januari 2013.
Dia mengatakan warga sempat mendemo pengusaha tambang pasir, dua hari lalu. Demo bertujuan agar ada perhatian dari pengusaha kepada warga. "Warga berharap pengusaha mengupayakan agar limbah air dari hasil pertambangan tidak terlalu keruh," kata dia.
Selain itu, warga berharap pengusaha memelihara kantong-kantong limbah. Pengusaha juga diminta seminggu sekali mengeruk kantong-kantong limbah agar lumpur tidak mengendap. "Asosiasi sudah sampaikan ke pengusaha agar membersihkan limbah," tutur Nono.
Di Kecamatan Padakembang dan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, ada delapan lokasi tambang. Saat ini, kata Nono, ada empat perusahaan yang mengajukan membuka lokasi tambang. "Kedelapan galian ada izin,".
Baca Juga:
Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum yang meninjau lokasi tambang mengatakan, pengusaha sepakat dan siap melaksanakan pengerukan dan berupaya agar air sungai tak keruh. Caranya, kata dia, pengusaha menjadikan cek dam untuk tempat pengendapan lumpur. Kemudian, lumpur yang mengendap dikeruk setiap minggu.
"Saya undang pengusaha, ketua asosiasi pengusaha. Saya tanya kapan bisa mulai melakukan upaya penjernihan. Mereka bilang sekarang bisa, ya langsung saya cek. Diharapkan tak ada demo lagi," kata Uu.
CANDRA NUGRAHA