TEMPO.CO , Jakarta: Tujuh bulan Komite Nasional Keselamatan Transportasi menyelidiki jatuhnya Sukhoi Superjet 100 yang menewaskan 45 orang di Gunung Salak, Jawa Barat, 9 Mei 2012.
Para investigator mendengarkan percakapan selama dua jam di cockpit voice recorder dan flight data recorder, selain mewawancarai pemandu di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan Bandara Soekarno-Hatta. Karena percakapan dalam bahasa Inggris dan Rusia, KNKT mendatangkan penerjemah dari staf kedutaan Indonesia di Uzbekistan dan seorang perempuan Rusia yang bermukim di Bandung.
Dalam percakapan itu, Pilot Alexandr Yablontsev terdengar mengobrol dengan seorang pilot senior Indonesia. Obrolan seputar keunggulan jet Sukhoi yang diproduksi Rusia pada 2009.
Pilot Indonesia itu --KNKT tak bisa mengidentifikasi-- mewakili sebuah maskapai yang berniat membeli pesawat. Saking asyiknya mengobrol, Yablontsev mengabaikan peringatan bahaya di kokpit dan permintaan kopilot Alexandr Kochetkov tentang cuaca. Yablontsev hanya punya 38 detik untuk menghindari tebing Gunung Salak.
Cerita selanjutnya, baca Tabir Gelap Tragedi Sukhoi di majalah Tempo edisi 23 Desember 2012.
TIM TEMPO (Sumber: KNKT)
Berita Terkait:
Sukhoi Jatuh, Kesalahan Pilot?
Kisah Pencarian Sukhoi Eko Sulistio
Kasus Sukhoi, Angkasa Pura Siap Bahas ATC
Sukhoi Jatuh, Pemerintah Lamban Bentuk ATC
Tragedi Sukhoi, Ada Pita Duka Laga Persija-PSMS