TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Muladno, menilai studi banding 11 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke Prancis terkait revisi Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Hewan, aneh dan tidak tepat.
"Saya kaget, kok ke sana? Sapi Prancis apa cocok di Indonesia?" kata Muladno kepada Tempo, Rabu, 12 Desember 2012.
Menurut pengamat peternakan ini, DPR lebih tepat membandingkan peternakan di Indonesia dengan peternakan di Brasil atau Bangladesh. Soalnya, selain peternakan sapi di kedua negara itu bagus, iklim, cuaca dan kondisi di kedua negara itu tak berbeda jauh dari Indonesia.
Bahkan, Muladno menilai studi banding soal sapi ini cenderung dipaksakan. Dia lebih sepajat jika parlemen menggali kearifan lokal Indonesia soal budidaya sapi ketimbang harus studi banding ke luar negeri. "Jadi ngapain ke Prancis?" katanya.
Muladno mengingatkan saat ini 90 persen produksi daging sapi nasional berasal dari peternak kecil. Sedangkan 10 persen sisanya impor. Dengan kebijakan yang tepat, dia optimistis swasembada daging bisa tercapai pada 2014. "Tapi pemerintah harus kerja keras," katanya.
Caranya, kata Muladno, pemerintah harus menyediakan infrastruktur transportasi yang memadai sehingga distribusi daging di dalam negeri jadi mudah dan murah. Mahalnya transportasi merupakan kendala serius bagi peternak sapi dalam mensuplai daging, terutama ke wilayah Jabotabek sebagai konsumen terbesar.
Selain itu, Muladno minta DPR dan pemerintah membuat aturan agar peternak kecil dapat meningkatkan kapasitas produksinya. "Harus ada pelatihan wawasan manajemen bisnis dan pengelolaan peternakan," katanya.
ARIHTA U SURBAKTI
Berita Terpopuler:
Penghina Habibie: LB Moerdani Itu Kawan Dekat Saya
Hina Habibie, Mengapa Eks Menteri Malaysia Ogah Minta Maaf?
Bupati Aceng Ancam Rusuh, DPRD Garut Tak Gentar
Begini Penghina Habibie Respons Protes DPR
Mau Tahu Jurus Ahok Telusuri Korupsi?