TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menjadi salah satu dari tiga politikus muda dari partai politik yang paling sering dikutip media massa. Dua tokoh lain adalah Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso dan Pramono Anung. Ironisnya, Anas dikutip media massa lebih kepada kasus hukum ketimbang masalah politik.
"Anas dikutip sebanyak 516 kali pada periode 17 Maret 2011 hingga 6 Desember 2012," kata peneliti Founding Father House Dian Permata saat pemaparan hasil penelitian di Jakarta, Ahad, 9 Desember 2012. Anas dikutip paling banyak untuk kasus suap proyek Hambalang, yaitu sebanyak 93 kali.
Founding Father House melakukan penelitian terhadap 12 surat kabar nasional, seperti Bisnis Indonesia, Indo Pos, Jurnal Nasional, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Republika, Seputar Indonesia, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, dan The Jakarta Post. Selain itu, penelitian juga dilakukan terhadap tujuh media daring, yaitu Antara Online, Detik.com, Inilah.com, Kompas.com, Okezone.com, Tempo.co, dan Vivanews.
Ada pula tujuh televisi nasional obyek penelitian, yaitu ANTV, Metro TV, RCTI, SCTV, Trans TV, TV One, dan TVRI. Penelitian ini dilakukan pada materi berita politik, hukum, dan ekonomi yang diwartakan oleh media massa ini. Setelah itu dilakuan pengumpulan dan analisis mengenai semua isi berita. Total obyek penelitian adalah 69.605 artikel dari media cetak, daring, dan televisi.
Topik kedua yang paling sering ditanyakan kepada Anas adalah mengenai kasus Nazarudin, yaitu sebanyak 66 kali. Topik pembahasan mengenai calon presiden hanya ditanyakan sebanyak 27 kali kepada Anas. Topik selanjutnya yang menjadi bahan ditanyakan kepada bekas Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam itu adalah mengenai kasus suap Wisma Atlet.
WAYAN AGUS PURNOMO
Berita terpopuler lainnya:
Andi Mallarangeng Terkenal Kikir
Apa Untungnya Kalau Rhoma Irama Jadi Presiden
Bupati Aceng Nikahi Shinta, Pestanya Meriah
Abraham Sebut Andi Mallarangeng Kesatria Bugis
Jasad Perawat Kate Middleton Akan Dibawa ke India