TEMPO.CO, Jakarta--Sekolah Darurat Kartini memilki 621 siswa dari tingkat PAUD-SMA, didirakan pertama kali pada 1990 oleh dua saudara kembar Sri Iraningsih dan Sri Rossiati mereka sudah mencetak 6.000an alumnus. Lantas bagaimana sistem pengajarannya?
"Kami menggunakan kurikulum resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Ros pada Senin, 26 November 2012.? Ros yang seorang lulusan IKIP Semarang jurusan Keguruan Bahasa Indonesia mengaku tidak kesulitan dalam menerapkan kurikulum tersebut.
Untuk mengajarnya pun cukup ekstrim, Ros dan Iri harus menangani ratusan siswa ini berdua. Ros mengampu mata pelajaran Bahasa, Sosiologi, dan IPS sedangkan Iri hitung-menghitung, matematika dan IPA. Pelajaran lainnya ada pengajar bantuan tetapi jarang datang.
Di ruang kelas seluas 17 meter kali 10 meter ini antar jenjang pendidikan harus berbagi kelas, tanpa sekat. Ruangan tersebut dibagi tiga kelompok; PAUD dan TK dari pukul 07.00 WIB-10.00 WIB, Kelas 1 SD-3 SD dari pukul 07.00 WIB-10.00 WIB, kemudian sisanya pukul 10.00 WIB-12.00 WIB.
"Untuk SMA mereka belajar sore di kawasan Kelapa Gading karena banyakan pekerja di sana," kata dia.
Untuk mengajarnya kata Iri mereka harus loncat dari satu kelompo ke lainnya, makanya kami harus punya pakem kurikulum. Hasilnya lanjut mereka tak diragukan banyak yang sudah bekerja di berbagai bidang ad wartawan juga polisi.
Untuk ujian nasional masih gabung dengan sekolah lain. "Kami bayar tingkat SD Rp 600.000,- per anak dan SMP-SMA Rp 900.000,- per anak," ujar dia. Sehingga ijazah siswa akan menyesuaikan tempat dia ikut ujian.
SYAILENDRA
Baca juga:
Dahlan Iskan Blusukan ke Sekolah Darurat
Apa Kata Dahlan Saat Mampir ke Sekolah Kartini
Kisah Pilu Sekolah Anak Jalanan Kartini
Sekolah Kartini Terancam Digusur
Terancam Digusur, Ini Kata Murid Sekolah Kartini