Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antropolog: Istilah Kearifan Lokal Sesat Pikir

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Warga dusun Keji, Ungaran, Kabupaten Semarang mengarak gunungan sesaji saat acara Merti Desa, Senin (25/6). TEMPO/Budi Purwanto
Warga dusun Keji, Ungaran, Kabupaten Semarang mengarak gunungan sesaji saat acara Merti Desa, Senin (25/6). TEMPO/Budi Purwanto
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta- “Enggak ada yang asli, cuma susu Boyolali yang asli,” begitu kelakar Pujo Semedi Hargo Yuwono saat memberikan orasi kebudayaan pada pembukaan konferensi internasional mahasiswa pascasarjana, di University Center UGM, Selasa 30 Oktober 2012. 

Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM itu, berkali-kali menyelingi orasi ilmiahnya tentang wawasan kebangsaan dan kearifan lokal. “Istilah kearifan lokal itu sesat pikir. Silakan dibantah, tapi saya antropolog, tahu situasi lapangan,” kata Pujo, yang menggantikan Wakil Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Wiendu Nuryanti.

Dalam orasi itu, Pujo bermaksud membalik pandangan umum mengenai kearifan lokal. Menurut dia, salah paham mengenai kearifan lokal, muncul sejak orientalisme mengemuka menjadi paradigma ilmu sosial kolonial. “Orientalisme mendikotomikan barat rakus dan timur bersahaja, bergeser menjadi dikotomi kota dan desa,” ujar Pujo.

Pandangan itu, kata dia, menyebabkan banyak orang terjebak mitos kearifan lokal dan melupakan fakta, bahwa yang benar-benar lokal itu tidak pernah ada. Sebab globalisasi terjadi sejak masa awal sejarah manusia. Dia mencontohkan, gamelan tak hanya milik Jawa, tapi juga Thailand. “Tebu aslinya dari Papua. Tapi ribuan tahun lalu sudah ada di Mesir,” ujarnya.

Separuh isi orasi Pujo, banyak diselingi kalimat yang mengocok perut. Dia berulang kali menegaskan, cara pandang dikotomis pada budaya berisiko memicu analisis yang menyederhanakan masalah, dan mudah terjebak mitos. “Bisa memancing wawasan kebangsaan chauvinis, sehingga melupakan pelajaran baik dari bangsa lain,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konferensi pada 30 hingga 31 Oktober itu, menghadirkan pembicara, di antaranya Amrih Widodo, pengajar Australian National University yang juga pakar budaya pop dan pernah melakukan studi mendalam tentang komunitas Sedulur Sikep atau Samin. Pembicara lainnya, antropolog UI Suraya Afiff, dan peneliti antropologi budaya Universitas Nasional Singapura Maribeth Erb.

Ketua Panitia, Budiawan, mengatakan pembahasan mengenai indigenous communities atau komunitas-komunitas lokal di Indonesia, terpilah dalam belasan tema. “Ada 59 paper akan dibahas pararel, di 19 pertemuan,” kata Budiawan.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM 

Berita lain:
Status Hukum Calon Gubernur Jabar Belum Jelas

Mantan Pejabat Energi Akui Beri Upeti ke DPR

Adonara Bentrok Lagi, Bupati Flores Timur Pusing

Bupati Jember Usulkan Provinsi Jawa Timur Dipecah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

29 Juli 2017

Agus Harimurti Yudhoyono saat menyampaikan orasi kebudayaannya dalam acara Malam Budaya Manusia Bintang 2017 di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta, 29 Juli 2017. TEMPO/Ahmad Faiz
Jaga Persatuan, AHY Ajak Biasakan Ucapkan Terima Kasih dan Maaf

Mantan calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengajak masyarakat membiasakan mengucap terima kasih dan maaf dalam beriteraksi.


Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

13 Oktober 2016

Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri (tengah), Mendikbud Muhajir Effendy (kanan), Direktur UNESCO Jakarta Shahbaz Khan (kedua dari kanan)  saat pembukaan World Culture Forum 2016 di Nusa Dua, Bali, 13 Oktober 2016. Forum yang digelar oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerjasama dengan UNESCO itu diikuti oleh 63 negara untuk membahas pengembangan fungsi budaya dalam pembangunan yang berkelanjutan. Johannes P. Christo
Deklarasi WCF 2016 Jadi Agenda Pembangunan Dunia

Sektaris Jenderal UNESCO, Irin Bokova, mengatakan simposium WCF harus dijadikan refleksi global.


Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

12 Oktober 2016

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid. TEMPO/Aditia Noviansyah
Pemerintah Kirim 50 Pegiat Budaya ke Selandia Baru  

Wakil Rektor Auckland University of Technology, Professor Nigel Hemmington, berharap kerja sama tersebut terus berlanjut.


Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

23 Agustus 2016

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Budayawan pada acara dialog bersama para Budayawan di Galeri Nasioanl Indonesia, Jakarta, 23 Agustus 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
Budayawan Tegur Jokowi Soal Infrastruktur Kebudayaan  

Para budayawan menilai, Presiden Joko Widodo sudah lupa dengan program-program pembangunan kebudayaan.


Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Beri Kuliah Umum di UI, Begini Nostalgia Sri Mulyani  

Bekal ilmu dan pengetahuan di UI sangat membantunya memahami masalah dengan obyektif dan akurat.


Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

26 Juli 2016

World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati, berpidato saat acara pembukaan konferensi Indonesia Green Infrastructur Summit 2015 di Jakarta, 9 Juni 2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Sri Mulyani Beri Kuliah Umum Soal Pemuda di UI Siang Ini  

Sri Mulyani akan memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia siang ini.


JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

30 Desember 2015

JJ Rizal. TEMPO/Imam Sukamto
JJ Rizal: Orang Indonesia itu Tegas, Toleran, Setia Kawan

Sejarawan JJ Rizal mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit "orang Indonesia"


Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Ishomuddin
Gus Mus: Konsep Agama, Tuhan dan Indonesia Perlu Diteliti Ulang  

Gus Mus khawatir jangan-jangan pandangan orang-orang selama ini terhadap Tuhan dan agama itu ternyata keliru.


Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

28 Agustus 2015

KH. Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. TEMPO/Budi Purwanto
Gus Mus: Anggota DPR dan Para Pimpinan Harus Jadi Manusia Dulu

Gus Mus mengatakan, ada orang yang menganggap manusia adalah yang seperti dirinya sendiri sehingga sama saja menganggap yang lain bukan manusia.


Menistakan Pidato

27 Agustus 2015

Menistakan Pidato

Akhirnya mengaku, saya adalah pengarang yang diam-diam gemar "dipaksa" menerima order menulis pidato, sejak 1980-an.